RAPTURE
(Kebangkitan
dan Pengangkatan Gereja)
Oleh:
Junior Natan Silalahi
Pengangkatan gereja sangat berhubungan dengan ajaran
kedatangan Kristus yang kedua. Secara terminologis, kedatangan Yesus kedua ke
dunia berasal dari istilah Yunani parousia
yang berarti “kedatangan” atau “penampakan”, sebagaimana dicatat dalam 1
Tes 4:15. Kata parousia berasal dari kata para
yang artinya “dengan’, dan ousia, yang
artinya “ada” (dari eimi). Dengan
demikian, dua kata tersebut berarti “kedatangan” atau “hadir bersama”.
Helenisme (Yunani) menggunakan parousia untuk
menjelaskan “kunjungan seorang raja” atau “kehadiran para dewa”. Kata yang sakral dalam filsafat. Dalam PL
atau Septuaginta (LXX), kata tersebut dipakai untuk menjelaskan gagasan tentang
“kedatangan Allah secara langsung” guna membuktikan diri-Nya kepada manusia
(Yes 63:4), atau untuk menyatakan “kehadiran Allah dalam sejarah” (Kel 15:18),
atau untuk menunjukkan “kedatangan Mesias” (Dan 7:13). Yudaisme Palestina
menggunakan kata parousia sehubungan dengan adanya “pengharapan akan kedatangan
Allah” dan “pengharapan akan Mesias”.
Sementatra itu, Yudaisme Helenistis yang diwakili
oleh Yosefus (kecuali Philo) menggunakan kata parousia untuk menjelaskan
“kehadiran Allah untuk menolong”. Di dalam PB, kata tersebut digunakan untuk
menerangkan gagasan tentang “kedatangan Kristus yang kedua”, yakni mendirikan
Kerajaan Allah. Istilah parousia 24 kali dalam PB umumnya menjelaskan tentang
kedatangan Kristus yang kedua. Kedatangan Kristus tersebut meliputi peristiwa
pengangkatan gereja (rapture) dan kedatangan-Nya ke bumi secara fisik bersama
umat-Nya untuk memerintah dalam Kerajaan Damai selama seribu tahun.
Tanda Kedatangan Kristus
Kata “seruan” dalam 1 Tes 4:16 diterjemahkan dari
kata benda keleusmati. Berasal dari
kata kerja keleuo, yang artinya
“memerintahkan” atau memberikan komando”. Gagasan ini sering digunakan dalam
dunia militer untuk menyerukan semangat kemenangan perang. Leon Moris
menjelaskan hal itu menunjuk pada seruan keras dari Tuhan untuk membangkitkan
orang mati (Yoh 5:25, 28). Sedangkan, “suara malaikat” dan “terompet Allah”
dalam ayat tersebut menerangkan dua hal yang sama, ayitu bahwa suara tersebut
menyerupai bunyi terompet (Why 1:10). Dalam PL, terompet menekankan pada
aktivitas ilahi (Kel 19:16; Yes 27:13). Pada konteks ini, dalam ayat tsb
diapakai untuk menuturkan karya ilahi Kristus yang supernatural dalam
mengangkat gereja-Nya ke sorga melalui peristiwa rapture.
Keleusmati merujuk
pada penyataan Yesus dalam Yoh 5:25-29, yang menubuatkan bahwa orang-orang yang
mati akan dibangkitkan ketika mendengar suara-Nya. Sedangkan suara malaikat dan
terompet itu merupakan suara Michael. Istilah archangelou dalam 1 tes 4:16nyang diterjemahkan dengan “malaikat
penting” bersifat tunggal. Istilah ini hanya terjadi satu kali dalam bagian
lain PB dan itu mengacu pada Michael (Yud 9). Willmington menyimpulkan bahwa
pada peristiwa rapture, Tuhan sendiri yang datang dengan suara yang nyaring
diiringi dengan suara penghulu malaikat dan bunyi sangkakala Allah. Semua itu
merupakan kejadian terakhir dari tiga peristiwa yang di dalamnya Kristus
berseru dan menyebabkan bangkitnya orang mati (Mat 27:50-53; Yoh 11:43-44; 1
tes 4:16).
Pertemuan Di Angkasa
Perjumpaan Kristus dengan gereja-Nya secara pasti
akan terjadi di angkasa, bukan di bumi atau di tempat yang tidak bisa dijangkau
oleh indera manusia (1 Tes 4:17), kata nephelais
yang berarti “awan”, di dalam awan. Sebab itu, Paulus dalam 1 tes 5:16-17
telah memperlihatkan adanya fakta tentang penyatuan orang-orang percaya yang
dibangkitkan dengan jemaat yang masih hidup yang diubahkan supaya mereka dapat
diangkat bersama-sama ke tempat yang
jelas dan pasti, yakni di angkasa untuk menyongsong Sang Mesias.
Pemberian Tubuh baru bagi Jemaat
Dalam peristiwa rapture, Kristus akan memberikan
tubuh yang baru kepada setiap orang percaya, seperti tubuh-Nya yang mulia (Fil
3:20-21; 1 Yoh 3:2). Tubuh baru yang memungkinkan hidup bersama Kristus di
sorga (1 Kor 15:48-54). Istilah “mengubah” dalam Flp 3:21 adalah dari kata metaskhematizo. Istilah ini dibangun
dari kata skhema , yang artinya
bentuk penampilan alami yang memiliki sifat-sifat insani (Flp 2:7). Dalam ayat
yang sama, kata “serupa” diterjemahkan dari istilah symmorphos, yakni istilah yang berasal dari kata morphe, yang berarti bentuk penampilan
ilahi yang memiliki sifat-sifat supernatural (Flp 2:6), dan biasanya digunakan
utnuk Kristus guna menyatakan dan memperlihatkan seluruh kemuliaan Allah Bapa
yang ada di dalam diri-Nya.
Menurut 1 Kor 15:42-43, tubuh kemuliaan akan tampil
dengan sifat dan kualitas ilahi yang sempurna. Pertama, tubuh itu tidak binasa.
Kedua, tubuh kemuliaan bersifat mulia (tanpa dosa). Ketiga, memiliki ketahan
yang sangat kuat, kelemahan akibat penyakit, kelemahan, kelumpuhan, penuaan
tidak dialami lagi. Tidak takluk dan tidak dibatasi oleh ruang, waktu, dan
jarak. (bnd Yoh 20:26).
Tubuh Baru bagi Gereja
Dalam 1 Kor 15:51 menerangkan gagasan ganda, yaitu
fakta tentang kebangkitan orang mati dan pengubahan tubuh bagi orang yang masih
hidup. Tindakan Kristus dalam menyatukan jiwa orang percaya dengan tubuh yang
sudah diubahkan. Pada saat Kristus datang di angkasa orang-orang yang mati di
dalam Kristus akan lebih dahulu dibangkitkan dengan tubuh yang baru dan mulia.
Sesudah itu, orang-orang yang masih hidup akan diubah atau diberikan tubuh baru
dalam waktu sekejab mata. Selanjutnya, semua orang percaya yang telah
mengenakan tubuh kemuliaan tersebut akan diangkat bersama-sama dengan orang-orang
yang telah dibangkitkan dengan tubuh baru untuk bertemu dengan Tuhan di angkasa
dan hidup bersama dengan Kristus selama-lamanya (1 Tes 4:16-17).
Kedatangan-Nya Secara Tiba-tiba
Dalam 1 Tes 5:2-3 diinformasikan bahwa “hari Tuhan”,
yaitu kedatangan Kristus sesungguhnya akan terjadi secara “tiba-tiba”. Seperti
pencuri yang datang pada malam hari yang tidak terduga (Mat 24:43), dan juga
pernah Petrus dan Yohanes ajarkan (2 Pet 3:10; Why 3:3; 16:15). Kedatangan
Kristus ditetpkan menurut keputusan ilahi dan kedaulatan Bapa di sorga yang
tidak dapat dipahami oleh siapapun (Mat 24:36).
Pengangkatan Gereja sebelum
Tribulasi
Alkitab menyatakan bahwa Tuhan telah berjanji dan
menjamin secara pasti bahwa jemaat-Nya akan diangkat ke angkasa sebelum murka
yang menyala-nyala itu terjadi (Rm 5:9; 1 Tes 1:10; 5:9-10; Why 3:10) sehingga
gereja terhindar dari malapetaka itu. Ada 4 argumen utama yang dapat diberikan
guna membuktikan keyakinan tersebut: Pertama, argumentasi kontekstual, yaitu
ketika Paulus mengkonfirmasikan berita pengharapan mengenai kepastian
kedatangan Kristus untuk mengangkat gereja-Nya (1 Tes 4:13-18). Apabila
tribulasi tiba, gereja sudah diangkat sebelumnya (1 Tes 4:16-17; 5:9-10)
sehingga jemaat tidak akan masuk ke dalam kesengsaraan itu. Kedua, argumentasi
teologis, yaitu konsep soteriologi yang Paulus munculkan dalam 1 Tes 5:9-10
secara tegas menyatakan bahwa karena kasih anugerah Allah yang begitu besar
kepada gereja-Nya Tuhan tidak “menetapkan” umat-Nya untuk masuk ke dalam dan
mengalami masa kesusahan itu. Murka dan maut tidak diizinkan menguasai gereja.
Ketiga, argumentasi gramatika, memperlihat adanya komitmen Allah Yang Mahakuasa
dan Mahakasih untuk membebaskan gereja dari masa kesusahan (Why
3:10).mengeluarkan jemaat dari masa kesusahan itu sebelum waktunya tiba.
Keempat, argumentasi tujuan tribulasi. Alkitab menjelaskan bahwa tribulasi
adalah masa kesusahan bagi bangsa Israel (Dan 12:1-2; Yer 30:7). Tidak dimaksudkan untuk gereja. Kesusahan itu
bertujuan untuk mempersiapkan Israel dan bangsa yang lain untuk bertobat.
Pengangkatan Gereja ke Sorga
Gereja tidak berhenti di angkasa setelah diangkat
melalui peristiwa rapture. Setelah selesai menyediakan tempat di rumah Bapa Dia
akan kembali untuk membawa jemaat-Nya ke sorga (Yoh 14:1-3). Sesudah pertemuan
di angkasa gereja akan menghadap tahta pengadilan Kristus di sorga (Rm 14:10; 2
Kor 5:10). Sidang pengadilan dilakukan di sorga sebab tahta-Nya berada di
tempat kudus (Maz 11:4; 103:19; Why 3:21; 4:2). Tahta pengadilan Kristus (bema) berada di sorga, tempat setiap
orang Kristen akan menghadap tahta pengadilan tersebut setelah gereja diangkat
(1 Tes 4:17). Karenanya, ketika masih di bumi orang percaya diberikan
kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengumpulkan harta kekal di sorga (Mat
6:20).
Bema
Merupakan pengadilan Kristus bagi setiap orang
percaya di sorga (2 Kor 5:10). Bema berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“kursi pengadilan”. Di dalam dunia klasik, berarti sebuah panggung tempat
seseorang pembicara berpidato atau pengadilan tempat seorang hakim mengadili
suatu perkara. Dalam LXX digunakan sebagai standar dari suatu keputusan (Ul
2:5), dan menunjuk pada sebuah panggung tempat Ezra membacakan Hukum Taurat
bagi bangsa Israel. Dalam PB merupakan panggung tempat seorang raja duduk di
atas tahta untuk melaksanakan pengadilan (Mat 27:19; Yoh 19:13; Kis 12:21;
18:12, 16, 17; 25:6, 10, 17). Paulus menggunakan istilah bemasebanyak 2 kali
untuk menjelaskan pengadilan Tuhan atas gereja (Rm 14:10; 2 Kor 5:10). Untuk
menerima hadiah atau upah.
Menurut
Alkitab ada 5 mahkota:
Pertama,
mahkota abadi: mempertahankan kekudusan hidup (1 Kor 9:26).
Kedua,
mahkota kemegahan: tekun dalam panggilan pelayanan untuk memenangkan jiwa bagi
Kristus (1 Tes 2:19).
Ketiga,
mahkota kebenaran: senantiasa menantikan kedatangan Kristus yang kedua dengan
penuh iman (2 Tim 4:8).
Keempat,
mahkota kehidupan: setia melayani dan memuliakan Yesus, bertahan dalam
pencobaan (Yak 1:12).
Kelima,
mahkota kemuliaan secara khusus kepada para gembala yang tekun dalam tugas penggembalaan
jemaat (1 Pet 5:4).
Semua
mahkota yang dijelaskan di atas adalah jenis mahkota yang dalam bahasa Yunani
disebut stephanos yang artinya
mahkota. Mahkota Yesus disebut diadema yang
juga berarti mahkota (Why 19:12).
Perkawinan Anak Domba
Gereja adalah tunangan Kristus (2 Kor 11:2) dan
mempelai perempuan dari kepala gereja, yaitu Yesus (Ef 5:23-27). Akan
diadakannya perayaan yang luarbiasa di sorga, di mana jemaat-Nya akan disambut
oleh Kristus dalam kemegahan dan kemuliaan sebagai pengantin suci (Why 19:7).
Ajakan kepada seluruh isi sorga untuk bersukacita atas perkawinan agung
tersebut serta memuliakan Kristus yang duduk di tahta-Nya. Pesta ilahi yang
mulia itu akan terjadi setelah Kristus menjemput gereja-Nya sebagai mempelai
wanita melalui rapture dan sesudah itu membawanya ke rumah Bapa di sorga (Yoh
14:1-3).
Menurut Alkitab, kegembiraan ini tidak dapat
dilukiskan dengan kata-kata terjadi di sorga. Sebelum pesta mulia digelar,
telah tampil terlebih dahulu sebuah paduan suara raksasa yang terdiri dari
himpunan besar orang percaya di sorga yang menyanyikan pujian agung berjudul Haleluyah untuk mengelu-elukan dan
mengagungkan Kristus, Sang Raja yang berada di tahta-Nya (Why 19:1-5). Nyanyian
penghormatan yang sama terus-menerus dikumandangkan dan menjadi pengantar untuk
masuk ke dalam suasana mulia, yakni Pesta Anak Domba Allah (Why 19:6).
KESIMPULAN
Ciri
khas dari peristiwa Eskatologis (Akhir Zaman) yaitu Peniupan Sangkakala. Dlm 1
Tes 4:16 diterjemahkan dr kt benda 'keleusmati', dari kata kerja 'keleuo'
artinya memerintahkan/memberikan komando. Mennjuk pada seruan keras dari Tuhan
untuk membangkitkan orang mati (Yoh 5:25, 28). Suara malaikat & terompet
itu merupakan suara Michael (archangelou). Pada peristiwa rapture, Tuhan sendiri yang datang dengan suara yang nyaring
diiringi dengan suara penghulu malaikat dan bunyi sangkakala Allah. Kejadian yg baru-baru ini terjadi di 4 negara Eropa, belum
bisa dipastikan sebagai tanda Alkitabiah, alasannya adalah peristiwa baru-baru
ini hanya bersifat LOKAL, sadangkan bunyi Sangkakala Eskatologis Alkitabiah
bersifat UNIVERSAL/GLOBAL (bnd. Mat 24:30-31). Tapi yang lebih penting dari
semua itu adalah persiapkan diri menyambut kedatangan-NYA. Ready or not Jesus
coming..!
SUMBER:
1. Enns,
Paul. The Moody Handbook of Theology. Yayasan Andi.
2. Gutthrie,
Donald. Teologi Perjanjian Baru 3 bag. Eskatologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1993.
3. Hadiwijono,
Harun. Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.
4. Pandensolang,
Welly. Eskatologi Biblika. Yogyakarta: Yayasan Andi, 2008.
5. Ryrie.
Charles C. Teologi Dasar 2 Bag. Eskatologi. Yogyakarta: Yayasan Andi, 1992.
6. Soedarmo,
R. Ikhtisar Dogmatika. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.
7. Thiessen,
Henry C. Teologi Sistematika. Malang: Gandum Mas, 1992.
8. Willmington.
Eskatologi. Malang: Gandum Mas, 1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar