PENGANTAR
PERJANJIAN BARU II
(Matius-Wahyu)
Kitab Matius
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan
"Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16).
Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua
bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil
ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi
dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi,
maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang
Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk :
- ketergantungannya
pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang
Mesias yang sudah lama dinantikan;
- hal
merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- pernyataannya
yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- penggunaan
istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti
dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang
Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- petunjuknya
kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun
(berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk
orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya
ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup
universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat
dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis
sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa
sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis,
sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah
Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- untuk
memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai
kehidupan Yesus,
- untuk
meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang
dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- untuk
menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus
Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- hampir
semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau
percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai
Mesias yang politis.
- Hanya
pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala
raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang
dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23),
tempat lahir (Mat 2:5-6),
peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15)
dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23);
Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang
Mesias (Mat 3:1-3);
dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16),
pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17),
peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21),
ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35),
peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5)
dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1-25:46)
mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama
mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- Khotbah
di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1-7:29);
- pengarahan
bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal
10; Mat 10:1-42);
- perumpamaan
tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- sifat
seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- ajaran
di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1-25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- Yesus
mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas
kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1-9:38);
- Yesus
mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1-12:50);
- Pengumuman
kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1-17:27);
- Yesus
berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1-26:46);
- Yesus
ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47-28:20). Tiga ayat yang terakhir dari
kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- Kitab
ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- Ajaran
dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara
paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah
mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- Kelima
ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang
mencatat pengajaran Yesus
- selama
pelayanan-Nya di Galilea dan
- mengenai
hal-hal terakhir (eskatologi).
- Injil
ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai
penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- Kerajaan
Sorga/Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain
di PB.
- Matius
menekankan
- standar-standar
kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1-7:29);
- kuasa
kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- kejayaan
kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- Hanya
Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah
yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Kitab Markus
Penulis : Markus
Tema : Yesus, Sang Putra-Hamba
Tanggal Penulisan: 55-65 M
Latar Belakang
Di antara keempat Injil, Injil Markus merupakan kisah yang paling singkat
tentang "permulaan Injil tentang Yesus" (Mr 1:1).
Sekalipun nama penulis tidak disebut dalam kitab itu sendiri (berlaku bagi
semua Injil), dengan suara bulat gereja yang mula-mula memberi kesaksian bahwa
Yohanes Markus adalah penulis Injil ini. Ia dibesarkan di Yerusalem dan
termasuk angkatan pertama orang Kristen (Kis 12:12).
Markus memiliki kesempatan yang unik karena berhubungan dengan pelayanan tiga
orang rasul PB: Paulus (Kis
13:1-13; Kol 4:10; File 1:24), Barnabas (Kis 15:39)
dan Petrus (1Pet 5:13).
Menurut Papias (sekitar 130 M) dan beberapa bapak gereja abad kedua, Markus
memperoleh isi Injilnya dari hubungannya dengan Petrus. Ia menulisnya di Roma
untuk orang Romawi yang percaya. Sekalipun saat penulisan Injil ini tidak
jelas, sebagian besar sarjana menetapkan tanggalnya sekitar tahun 50-60 M;
mungkin Injil ini yang pertama-tama ditulis.
Tujuan
Pada tahun 60-an M, orang percaya diperlakukan secara kejam oleh masyarakat dan
banyak di antaranya disiksa bahkan dibunuh di bawah pemerintahan kaisar Nero.
Menurut tradisi, di antara para syahid Kristen di Roma itu terdapat Rasul
Petrus dan Rasul Paulus. Selaku salah seorang pimpinan gereja di Roma, Yohanes
Markus digerakkan oleh Roh Kudus untuk menulis Injil ini sebagai suatu
antisipasi yang bersifat nubuat atau tanggapan penggembalaan terhadap masa
penganiayaan ini. Tujuannya ialah memperkuat dasar iman dalam orang percaya di
Roma, dan jikalau diperlukan, mendorong mereka untuk dengan setia menderita
demi Injil, dengan memperhadapkan kepada mereka kehidupan, penderitaan,
kematian serta kebangkitan Yesus, Tuhan mereka.
Survai
Dalam suatu kisah yang bergerak dengan cepat, Markus memperkenalkan Yesus
sebagai Putra Allah dan Mesias, hamba yang menderita. Titik yang menentukan dalam
kitab ini adalah episode di Kaisarea Filipi, yang disusul oleh peristiwa
pemuliaan Yesus (Mr
8:27--9:10), ketika identitas dan misi penderitaan Yesus
dinyatakan dengan jelas kepada kedua belas murid-Nya. Bagian pertama kitab
Injil ini memusatkan perhatian terutama kepada mukjizat luar biasa yang
dilakukan Yesus dan pada kuasa-Nya atas penyakit dan setan-setan sebagai tanda
bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Akan tetapi, di Kaisarea Filipi itu Yesus
memberitahukan dengan terus terang kepada para murid bahwa Dia harus
"menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala
dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari" (Mr 8:31).
Banyak ayat dalam kitab ini menyebut penderitaan sebagai harga kemuridan (mis. Mr 3:21-22,30; Mr 8:34-38; Mr 10:33-34,45; Mr 13:8,11-13).
Namun setelah mereka menderita karena Dia maka Allah akan menyatakan bahwa Ia
berkenan kepada mereka, sebagaimana ditunjukkan dalam kebangkitan Yesus.
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai Injil Markus:
- Injil
ini penuh kegiatan, yang lebih menekankan apa yang dilakukan Yesus
daripada apa yang diajarkan oleh-Nya (Markus mencantumkan 18 mukjizat
Yesus dan hanya empat perumpamaan-Nya);
- Injil
ini khususnya untuk orang Romawi, serta menjelaskan adat-istiadat Yahudi,
meniadakan semua daftar keturunan Yahudi dan kisah kelahiran, penggunaan
istilah Latin dan menerjemahkan kata-kata dalam bahasa Aram;
- Injil
ini bernada mendesak, dimulai dengan tiba-tiba dan bergerak dengan cepat
dari episode yang satu kepada episode yang lain, dengan menggunakan 42
kali kata keterangan Yunani yang diterjemahkan dengan "seketika itu
juga".
- Injil
ini ditulis dengan hidup, seraya menggambarkan peristiwa-peristiwa dalam
kehidupan Yesus dengan ringkas dan tepat, dengan gamblang dan dengan
keahlian dari seorang pujangga.
Kitab Lukas
Penulis : Lukas
Tema : Yesus, Juruselamat yang Ilahi dan Manusiawi
Tanggal Penulisan: Tahun 60-63 M
Latar Belakang
Injil Lukas adalah kitab pertama dari kedua kitab yang dialamatkan kepada
seorang bernama Teofilus (Luk 1:1,3; Kis 1:1).
Walaupun nama penulis tidak dicantumkan dalam dua kitab tersebut, kesaksian
yang bulat dari kekristenan mula-mula dan bukti kuat dari dalam kitab-kitab itu
sendiri menunjukkan bahwa Lukaslah yang menulis kedua kitab itu.
Rupanya Lukas adalah seorang petobat Yunani,
satu-satunya orang bukan Yahudi yang menulis sebuah kitab di dalam Alkitab. Roh
Kudus mendorong dia untuk menulis kepada Teofilus (artinya, "seorang yang
mengasihi Allah") guna memenuhi suatu kebutuhan dalam jemaat yang terdiri
dari orang bukan Yahudi akan kisah yang lengkap mengenai permulaan kekristenan.
Kisah ini terdiri atas dua bagian:
- kelahiran,
kehidupan dan pelayanan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Yesus (Injil
Lukas), dan
- pencurahan
Roh di Yerusalem dan perkembangan selanjutnya dari gereja mula-mula (Kitab
Kisah Para Rasul). Kedua kitab ini merupakan lebih dari seperempat bagian
dari seluruh PB.
Dari surat-surat Paulus, kita mengetahui bahwa Lukas adalah
seorang saudara "yang kekasih ... seorang dokter" (Kol 4:14)
dan seorang teman sekerja Paulus yang setia (2Tim 4:11; File 1:24;
bd. perikop-perikop "kami" di Kisah Para Rasul. Dari penulisan Lukas
sendiri kita mengetahui bahwa ia seorang yang berpendidikan tinggi, penulis
yang terampil, sejarahwan yang teliti dan teolog yang diilhami. Ketika ia
menulis Injilnya, agaknya gereja bukan Yahudi belum memiliki Injil yang lengkap
atau yang tersebar luas mengenai Yesus. Matius menulis Injilnya pertama-tama
bagi orang Yahudi, sedangkan Markus menulis sebuah Injil yang singkat bagi
gereja di Roma. Orang percaya bukan Yahudi yang berbahasa Yunani memang
memiliki kisah-kisah lisan mengenai Yesus yang diceritakan oleh para saksi
mata, juga intisari tertulis yang pendek tetapi tidak suatu Injil yang lengkap
dan sistematis (lih. Luk 1:1-4).
Jadi, Lukas mulai menyelidiki segala peristiwa itu dengan saksama "dari
asal mulanya" (Luk 1:3).
Barangkali ia mengerjakan penelitiannya di Palestina sementara Paulus berada di
penjara Kaisarea (Kis 21:17; Kis 23:23--26:32), dan menyelesaikan Injilnya
menjelang akhir masa itu atau segera setelah ia tiba di Roma bersama dengan
Paulus (Kis 28:16).
Tujuan
Lukas menulis Injil ini kepada orang-orang bukan Yahudi guna menyediakan suatu
catatan yang lengkap dan cermat "tentang segala sesuatu yang dikerjakan
dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat" (Kis 1:1-2).
Lukas yang menulis dengan ilham Roh Kudus, menginginkan agar Teofilus dan para
petobat bukan Yahudi serta orang-orang lain yang ingin mengetahui kebenaran
akan mengetahui dengan pasti kebenaran yang tepat yang telah diajarkan kepada
mereka secara lisan (Luk 1:3-4).
Kenyataan bahwa tulisan Lukas ini ditujukan kepada orang-orang bukan Yahudi
tampak dengan jelas di seluruh kitab Injil ini; misalnya, ia merunut silsilah
Yesus sebagai manusia sampai kepada Adam (Luk 3:23-38)
dan tidak hanya sampai Abraham seperti yang dilakukan oleh Matius (bd. Mat 1:1-17).
Dalam kitab Lukas, Yesus dengan jelas terlihat sebagai Juruselamat yang
ilahi-insani yang menjadi jawaban Allah bagi kebutuhan segenap keturunan Adam
akan keselamatan.
Survai
Injil Lukas mulai dengan kisahan masa bayi yang paling lengkap (Luk 1:5--2:40)
dan satu-satunya pandangan sekilas di dalam Injil-Injil mengenai masa pra
remaja Yesus (Luk 2:41-52).
Setelah menceritakan pelayanan Yohanes Pembaptis dan memberikan silsilah Yesus,
Lukas membagi pelayanan Yesus ke dalam tiga bagian besar:
- pelayanan-Nya
di Galilea dan sekitarnya (Luk 4:14--9:50),
- pelayanan-Nya
pada perjalanan terakhir ke Yerusalem (Luk 9:51--19:27), dan
- minggu
terakhir-Nya di Yerusalem (Luk 19:28--24:43).
Walaupun mukjizat-mukjizat Yesus dalam pelayanan-Nya
di Galilea cukup mencolok di dalam tulisan Lukas, fokus utama Injil ini ialah
pengajaran dan perumpamaan-perumpamaan Yesus selama pelayanan-Nya yang luas
dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem (Luk 9:51--19:27).
Bagian ini mengandung himpunan materi terbesar yang unik dalam kitab Lukas, dan
mencakup banyak kisah dan perumpamaan yang sangat digemari. Ayat terpenting (Luk 9:51)
dan ayat kunci (Luk 19:10)
dari Injil ini terdapat pada permulaan dan menjelang akhir materi Lukas yang
khusus ini.
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan yang utama menandai Injil Lukas:
- Injil
ini adalah yang terlengkap catatannya mengenai peristiwa di dalam
kehidupan Yesus sejak menjelang kelahiran sampai kenaikan-Nya, dan juga
kitab yang terpanjang dalam PB.
- Kitab
ini mempunyai kesusastraan terbaik dari semua Injil, menunjukkan gaya
penulisan dan isi yang luar biasa, kosa kata kaya dan penguasaan bahasa
Yunani yang baik sekali.
- Lukas
menekankan cakupan universal dari Injil - bahwa Yesus datang untuk membawa
keselamatan bagi semua orang, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi.
- Perhatian
Yesus terhadap orang yang serba kekurangan ditekankan, termasuk para
wanita, anak-anak, orang miskin, dan kelompok yang dianggap sampah
masyarakat;
- Injil
Lukas menekankan kehidupan doa Yesus dan pengajaran-Nya mengenai doa.
- Gelar
yang terutama untuk Yesus dalam kitab ini adalah "Anak Manusia".
- Tanggapan
sukacita menandai mereka yang menerima Yesus dan berita-Nya.
- Roh
Kudus diberikan peranan terpenting dalam kehidupan Yesus dan umat-Nya
(mis. Luk 1:15,41,67; Luk 2:25-27; Luk 4:1,14,18; Luk 10:21; Luk 12:12; Luk
24:49).
Kitab Yohanes
Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak
hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis
oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia
tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung
sebagai "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh 13:23; Yoh 19:26; Yoh 20:2; Yoh 21:7,20).
Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung dalam Injil ini
sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu
di antara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes,
dan Yakobus).
Menurut beberapa sumber kuno, Yohanes, rasul yang
sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus, diminta oleh para penatua di
Asia untuk menulis "Injil yang rohani" ini untuk menyangkal suatu
ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh
seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani
gereja sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang
"kebenaran" yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus.
Tujuan
Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam Yoh 20:31,
yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya
kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari
Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan
"percaya" (Yoh 20:31):
yaitu aorist subjunctive ("sehingga kamu dapat mulai
mempercayai") dan present subjunctive ("sehingga kamu dapat
terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk
meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus
dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman
supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan
dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. Yoh 17:3).
Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada
umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama.
Survai
Injil keempat ini menyajikan bukti-bukti yang terpilih dengan cermat bahwa
Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma dan bukan anak angkat.
Bukti-bukti yang mendukung termasuk:
- tujuh
tanda (Yoh 2:1-11; Yoh 4:46-54; Yoh 5:2-18; Yoh 6:1-15; Yoh 6:16-21; Yoh 9:1-41; Yoh 11:1-46) dan tujuh ajaran (Yoh 3:1-21; Yoh 4:4-42; Yoh 5:19-47; Yoh 6:22-59; Yoh 7:37-44; Yoh 8:12-30; Yoh 10:1-21) sebagai penyingkapan Yesus tentang
identitas-Nya yang sebenarnya;
- tujuh
pernyataan "Aku adalah" (Yoh 6:35; Yoh 8:12; Yoh 10:7; Yoh 10:11; Yoh 11:25; Yoh 14:6; Yoh 15:1). Dengan pernyataan ini Yesus menyatakan secara
kiasan peranan-Nya dalam penebusan umat manusia.
- Kebangkitan
tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir dan puncak
pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah" (Yoh 20:31).
Injil Yohanes mempunyai dua bagian besar.
- Pasal
1-12 (Yoh 1:1--12:50)yang menyajikan kisah
penjelmaan dan pelayanan umum Yesus. Sekalipun tujuh tanda yang
meyakinkan, tujuh ajaran yang berbobot, dan tujuh pernyataan "Aku
adalah" yang menakjubkan, orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai
Mesias mereka.
- Setelah
ditolak oleh umat perjanjian yang lama yaitu Israel, Yesus (pasal 13-21; Yoh 13:1--21:25) memusatkan perhatian pada
murid-murid-Nya sebagai inti dari umat perjanjian yang baru (yaitu: gereja
yang didirikan oleh-Nya). Pasal-pasal ini mencantumkan perjamuan terakhir
(pasal 13; Yoh 13:1-20), ajaran terakhir (pasal
14-16; Yoh 14:1--16:33), dan doa-Nya yang terakhir
(pasal 17; Yoh 17:1-25) untuk murid-murid-Nya dan
semua orang percaya. Kemudian perjanjian baru diresmikan dan ditegakkan
oleh kematian (pasal 18-19; Yoh 18:1--19:42) dan kebangkitan-Nya (pasal
20-21; Yoh 20:1--21:25).
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan utama menandai Injil ini.
- Keilahian
Yesus sebagai "Anak Allah" ditekankan. Dari prolog Yohanes
dengan pernyataan yang luar biasa, "kita telah melihat
kemuliaan-Nya" (Yoh 1:14) sampai akhirnya dengan
pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.
- Kata
"percaya" yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan
menerima Kristus (Yoh 1:12) dan meliputi tanggapan hati
(bukan saja mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh
kehidupan kepada Dia.
- "Hidup
kekal" adalah konsep kunci dari Yohanes. Konsep ini bukan hanya
menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada
perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus. Hal
ini mengakibatkan baik kebebasan dari perbudakan dosa dan setan-setan
maupun pengenalan dan persekutuan yang makin bertumbuh dengan Allah.
- Pertemuan
pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini (tidak kurang dari 27).
- Pelayanan
Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus
secara terus-menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus.
- Injil
ini menekankan "kebenaran" -- Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus
adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran
membebaskan orang (Yoh 8:32), menyucikan mereka (Yoh 15:3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat
Iblis (Yoh 8:44-47,51).
- Angka
tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pernyataan
"Aku adalah" menegaskan siapa Yesus itu (bd. menonjolnya angka
tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis yang sama).
- Kata-kata
dan konsep lainnya yang utama dari Yohanes adalah: "firman",
"terang", "daging", "kasih",
"kesaksian", "tahu", "kegelapan", dan
"dunia".
Kitab Kisah Para
Rasul
Penulis :Lukas
Tema :Penyebaran Injil yang Penuh Keberhasilan Melalui Kuasa Roh Kudus
Tanggal Penulisan:Sekitar 63 T.M.
Latar Belakang
Kitab Kisah Para Rasul, seperti halnya Injil Lukas, dialamatkan kepada seorang
yang bernama "Teofilus" (Kis 1:1).
Sekalipun nama pengarangnya tidak disebutkan dalam kedua kitab itu, kesaksian
kekristenan mula-mula dengan suara bulat, serta bukti intern yang mendukung
dari kedua kitab ini menunjuk kepada satu orang penulis yaitu Lukas "tabib
... yang kekasih" (Kol 4:14).
Roh Kudus mendorong Lukas untuk menulis kepada
Teofilus supaya mengisi keperluan dalam gereja orang Kristen bukan Yahudi, akan
kisah yang lengkap mengenai awal kekristenan --
- "dalam
bukuku yang pertama" ialah Injil tentang kehidupan Yesus, dan
- buku
yang kemudian ialah laporannya dalam Kisah Para Rasul tentang pencurahan
Roh Kudus di Yerusalem serta perkembangan gereja yang berikutnya.
Jelas Lukas adalah seorang penulis yang unggul,
sejarawan yang cermat dan seorang teolog yang diilhami.
Kitab Kisah Para Rasul secara selektif meliput tiga
puluh tahun pertama dalam sejarah gereja. Sebagai sejarawan gereja, Lukas
menelusuri penyebaran Injil dari Yerusalem hingga ke Roma sambil menyebutkan
sekitar 32 negara, 54 kota dan 9 pulau di Laut Tengah, 95 orang yang berbeda
dengan nama serta beberapa pejabat dan administrator pemerintah dengan gelar
jabatan yang tepat. Ilmu purbakala makin menguatkan ketepatan Lukas dalam semua
detail. Selaku seorang teolog, Lukas dengan cerdas melukiskan makna beberapa
pengalaman dan peristiwa dalam tahun-tahun mula-mula gereja.
Pada tahap awal, Alkitab PB terdiri atas dua kumpulan:
- keempat
Injil dan
- surat-surat
Paulus.
Kisah Para Rasul memainkan peranan yang penting
sebagai penghubung di antara kedua kumpulan itu dan tempatnya benar dalam
urutan kanonik adalah benar. Pasal 13 (Kis 13:1-28)
memberikan latar belakang sejarah yang diperlukan untuk memahami secara lebih
mendalam pelayanan dan surat-surat Paulus. Bagian ayat-ayat dalam kitab ini di
mana Lukas menggunakan istilah "kami" (Kis
16:10-17; Kis 20:5--21:18; Kis 27:1--28:16) menunjukkan
keikutsertaannya dalam perjalanan Paulus.
Tujuan
Di dalam mengisahkan permulaan berdirinya gereja, Lukas setidak-tidaknya
mempunyai dua tujuan.
- Lukas
menunjukkan bahwa Injil bergerak dengan kemenangan dari perbatasan
Yudaisme yang sempit ke dunia kafir kendatipun tentangan dan penganiayaan.
- Dia
mengungkapkan peranan Roh Kudus dalam kehidupan dan misi gereja,
menekankan baptisan Roh Kudus sebagai persediaan Allah dalam memperkuat
gereja untuk memberitakan Injil dan melanjutkan pelayanan Yesus.
Lukas secara eksplisit mengisahkan tiga kali bahwa
baptisan dengan Roh Kudus disertai bahasa lidah (Kis
2:4; Kis 10:45-46; Kis 19:1-7). Konteks dari
bagian-bagian ini menunjukkan bahwa pengalaman ini adalah normatif dalam
kekristenan mula-mula dan merupakan pola Allah yang tetap bagi gereja.
Survai
Dalam Injil karangannya Lukas mencatat "segala sesuatu yang dikerjakan dan
diajarkan Yesus" (Kis 1:1),
tetapi kitab ini menerangkan apa yang selanjutnya diperbuat dan diajar oleh
Yesus setelah naik ke sorga, melalui kuasa Roh Kudus yang bekerja di dalam dan
melalui murid-murid-Nya dan jemaat mula-mula. Ketika Yesus naik ke sorga (Kis 1:9-11),
instruksi terakhir kepada murid-murid-Nya ialah menunggu di Yerusalem hingga
mereka dibaptiskan dengan Roh Kudus (Kis 1:4-5).
Ayat kunci kitab ini (Kis 1:8)
berisi ringkasan padat yang teologis dan geografis dari kitab ini: Yesus
berjanji bahwa mereka akan menerima kuasa ketika Roh Kudus dicurahkan atas
mereka -- kuasa untuk menjadi saksi-Nya
- "di
Yerusalem" (pasal 1-7; Kis 1:1--7:60),
- "di
seluruh Yudea dan Samaria" (pasal 8-12; Kis 8:1--12:25), dan
- "sampai
ke ujung bumi" (pasal 13-28; Kis 13:1--28:31).
Kisah Para Rasul mengisahkan perpaduan tindakan ilahi
dengan tindakan manusia. Seluruh gereja, bukan hanya para rasul, ikut
"menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil" (Kis 8:4).
Para diaken seperti Stefanus dan Filipus (Kis 6:1-6)
menjadi perkasa di dalam Roh Kudus dan iman, "mengadakan mukjizat-mukjizat
dan tanda-tanda di antara orang banyak" (Kis 6:8)
bahkan sampai menggoncangkan beberapa kota dengan Injil (lih. Kis 8:5-13).
Umat yang saleh berdoa dengan tekun, melihat malaikat-malaikat, mendapatkan
penglihatan, menyaksikan tanda dan mukjizat yang ajaib, mengusir setan-setan,
menyembuhkan yang sakit serta memberitakan Injil dengan keberanian dan
kekuasaan. Sekalipun di dalam gereja ada persoalan, seperti ketegangan antara
orang Yahudi dan bukan Yahudi (pasal 15; Kis 15:1-41),
dan kendatipun penganiayaan terus-menerus dari luar gereja oleh pemimpin agama
dan penguasa sipil, nama Tuhan Yesus Kristus dimuliakan dalam perkataan dan
tindakan dari kota yang satu ke kota yang lain.
Dalam pasal 1-12 (Kis 1:1--12:25)
pusat utama dari penjangkauan gereja adalah Yerusalem. Di situlah Petrus
menjadi orang terkemuka yang dipakai Allah untuk menyebarkan Injil. Dalam pasal
13-28 (Kis
13:1--28:31) pusat utama penjangkauan gereja adalah Antiokhia di
Siria; di situlah Paulus menjadi orang terkemuka yang dipakai Allah untuk
menyebarkan Injil kepada orang yang bukan Yahudi. Kitab Kisah Para Rasul
berakhir tiba-tiba dengan Paulus di Roma, sedang menunggu pengadilannya di
depan Kaisar. Walaupun hasil pengadilan tertangguh, kitab ini diakhiri dengan
nada kemenangan. Paulus masih tertawan, namun ia tetap memberitakan Kerajaan
Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus dengan berani tanpa rintangan (Kis 28:31).
Ciri-ciri Khas
Sembilan ciri utama menandai surat ini.
- Gereja:
kitab ini menyatakan sumber kuasa dan sifat sejati dari misi gereja,
bersama beberapa prinsip yang harus menguasai gereja pada setiap angkatan.
- Roh
Kudus: oknum ketiga dari Trinitas disebut secara khusus lima puluh kali;
baptisan dalam dan pelayanan Roh Kudus memberikan kuasa ilahi (Kis 1:8), keberanian (Kis 4:31), ketakutan yang kudus akan
Allah (Kis 5:3,5,11), kebijaksanaan (Kis 6:3,10), bimbingan (Kis 16:6-10) dan karunia-karunia Roh (Kis 19:6).
- Amanat
gereja mula-mula: Lukas dengan cermat mencatat khotbah-khotbah yang
diilhamkan yang disampaikan oleh Petrus, Stefanus, Paulus, Yakobus dan
orang lain yang memberikan pengetahuan tentang gereja mula-mula yang tidak
terdapat dalam kitab-kitab PB lainnya.
- Doa:
Gereja mula-mula mengabdikan diri kepada doa yang tetap dan
sungguh-sungguh; kadang-kadang sepanjang malam sehingga hasilnya luar
biasa.
- Tanda-tanda,
keajaiban-keajaiban dan mukjizat-mukjizat: penyataan ini menyertai
pekabaran Injil di dalam kuasa Roh Kudus.
- Penganiayaan:
pekabaran Injil dengan kuasa terus-menerus membangkitkan pertentangan dan
penganiayaan, baik dari pihak agama maupun yang sekular.
- Urutan
Yahudi -- bukan Yahudi: sepanjang kitab ini Injil pertama-tama disampaikan
kepada orang Yahudi, baru kepada bangsa-bangsa lainnya.
- Wanita:
keterlibatan wanita disebutkan secara khusus dalam pelaksanaan pelayanan
gerejani.
- Kemenangan:
tembok pemisah (nasional, keagamaan, budaya, atau suku) dan pertentangan
serta penganiayaan tidak dapat menahan meluasnya Injil.
Prinsip Hermeneutis
Beberapa penafsir memandang kitab Kisah Para Rasul seolah di bawah suatu
perjanjian PB yang lain daripada melihatnya sebagai patokan Allah bagi gereja
dan kesaksiannya selama seluruh periode yang disebut PB "hari-hari
terakhir". Kisah Para Rasul bukan saja buku sejarah dari gereja mula-mula,
melainkan menjadi buku pedoman bagi kehidupan Kristen dan untuk gereja yang
dipenuhi Roh. Orang percaya seharusnya mendambakan dan menantikan, sebagai
norma atau patokan gereja masa kini, semua unsur pelayanan dan pengalaman
gereja PB (kecuali penulisan PB); semuanya ini dapat dicapai apabila gereja
bergerak dalam kuasa Roh yang penuh. Tidak ada sesuatu dalam Kisah Para Rasul
atau PB yang mengatakan bahwa tanda-tanda, keajaiban-keajaiban,
mukjizat-mukjizat, karunia-karunia rohani atau tolok ukur rasuli bagi kehidupan
dan pelayanan gereja pada umumnya akan berhenti secara mendadak atau untuk
selama-lamanya pada akhir masa para rasul. Kisah Para Rasul mencatat apa yang
seharusnya gereja perbuat di dalam setiap generasi selama ia melanjutkan
pelayanan Yesus dalam kuasa Pentakosta dari Roh Kudus.
Kitab Roma
Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan
paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini diletakkan di
depan ketiga belas suratnya yang lain. Paulus menulis surat ini dalam rangka
pelayanan rasulinya kepada dunia bukan Yahudi. Bertentangan dengan tradisi
gereja Katolik-Roma, jemaat di Roma tidak didirikan oleh Petrus atau rasul yang
lain. Jemaat di Roma ini mungkin didirikan oleh orang dari Makedonia dan Asia
yang bertobat di bawah pelayanan Paulus, mungkin juga oleh orang-orang Yahudi
yang bertobat pada hari Pentakosta (Kis 2:10).
Paulus tidak memandang Roma sebagai wilayah khusus dari rasul lain (Rom 15:20).
Di surat Roma Paulus meyakinkan orang percaya di Roma
bahwa dia sudah berkali-kali merencanakan untuk memberitakan Injil kepada
mereka, namun hingga saat itu kedatangannya masih dihalangi (Rom 1:13-15; Rom
15:22). Dia menegaskan kerinduan yang sungguh untuk
mengunjungi mereka sehingga menyatakan rencananya untuk datang dengan segera (Rom 15:23-32).
Ketika menulis surat ini, menjelang akhir perjalanan
misioner yang ketiga (bd. Rom
15:25-26; Kis 20:2-3; 1Kor 16:5-6), Paulus berada di
Korintus di rumah Gayus (Rom 16:23; 1Kor 1:14).
Sementara menulis surat ini melalui pembantunya Tertius (Rom 16:22),
dia sedang merencanakan kembali keYerusalem untuk hari Pentakosta (Kis 20:16;
sekitar musim semi tahun 57 atau 58) untuk menyampaikan secara pribadi
persembahan dari gereja-gereja non-Yahudi kepada orang-orang kudus yang miskin
di Yerusalem (Rom
15:25-27). Segera setelah itu, Paulus mengharapkan dapat pergi
ke Spanyol untuk menginjil dan mengunjungi gereja di Roma pada perjalanannya
untuk memperoleh bantuan dari mereka bila makin ke barat (Rom 15:24,28).
Tujuan
Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di Roma
serta rencana pelayanan ke Spanyol. Tujuannya lipat dua.
- Karena
jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang diputarbalikkan mengenai
berita dan ajaran Paulus (mis. Rom 3:8; Rom 6:1-2,15), Paulus merasa perlu untuk menulis Injil yang
telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun.
- Dia
berusaha untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja
karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi (mis. Rom 2:1-29; Rom 3:1,9) dan orang bukan Yahudi terhadap orang Yahudi
(mis. Rom 11:11-36).
Survai
Tema Surat Roma diketengahkan dalam Rom 1:16-17,
yaitu bahwa di dalam Tuhan Yesus dinyatakan kebenaran Allah sebagai jawaban
terhadap murka-Nya kepada dosa. Kemudian Paulus menguraikan kebenaran-kebenaran
dasar dari Injil. Pertama, Paulus menekankan bahwa persoalan dosa dan kebutuhan
manusia akan kebenaran adalah umum (Rom 1:18--3:20).
Karena baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi berada di bawah dosa dan
karena itu di bawah murka Allah, tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan di
hadapan Allah terlepas dari karunia kebenaran melalui iman kepada Yesus Kristus
(Rom 3:21--4:25).
Setelah dibenarkan secara cuma-cuma oleh kasih karunia
melalui iman dan setelah mendapatkan keyakinan akan keselamatan kita (pasal 5; Rom 5:1-21),
karunia kebenaran Allah itu dinyatakan dalam kematian kita bagi dosa dengan
Kristus (pasal 6; Rom 6:1-23),
pembebasan kita dari pergumulan untuk mencapai kebenaran menurut hukum Taurat
(pasal 7; Rom 7:1-26),
pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah dan hidup baru kita "melalui
Roh" yang menuntun kita kepada kemuliaan (pasal 8; Rom 8:1-39).
Allah sedang mengerjakan rencana penebusan-Nya kendatipun ketidakpercayaan
Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Akhirnya, Paulus menyatakan bahwa kehidupan yang
diubah dalam Kristus mengakibatkan penerapan kebenaran dan kasih pada semua
bidang kelakuan -- sosial, sipil, dan moral (pasal 12-14; Rom 12:1--14:23).
Paulus mengakhiri Surat Roma dengan keterangan tentang rencananya pribadi
(pasal 15; Rom 15:1-33)
dan ucapan salam pribadi yang panjang, nasihat terakhir, dan sebuah kidung
pujian (pasal 16; Rom 16:1-27).
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.
- Surat
Roma merupakan surat Paulus yang paling sistematis, surat teologis yang
paling hebat dalam PB.
- Paulus
menulis dengan gaya tanya-jawab atau gaya diskusi (mis. Rom 3:1,4-6,9,31).
- Paulus
memakai PL secara luas sebagai kekuasaan alkitabiah dalam menyampaikan
sifat sesungguhnya dari Injil.
- Paulus
menyampaikan "kebenaran Allah" sebagai inti penyataan Injil (Rom 1:16-17): Allah membereskan segala sesuatu di dalam dan
melalui Yesus Kristus.
- Paulus
memusatkan perhatian kepada sifat rangkap dari dosa bersama dengan
persediaan Allah di dalam Kristus untuk masing-masing aspek:
- dosa
sebagai pelanggaran pribadi (Rom 1:1--5:11), dan
- prinsip
"dosa" (Yun. he hamartia), yaitu kecenderungan bawaan
yang alami untuk berbuat dosa yang tinggal dalam hati setiap orang sejak
kejatuhan Adam (Rom 5:12--8:39).
- Roma 8
(Rom 8:1-39) adalah uraian yang paling
luas dalam Alkitab mengenai peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang
percaya.
- Surat
Roma berisi pembahasan yang paling berbobot mengenai penolakan Kristus
oleh orang Yahudi (terkecuali suatu golongan sisa), dan tentang rencana
penebusan Allah yang bermula dari Israel dan akhirnya menuju kembali
kepada Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Kitab I Korintus
Penulis : Paulus
Tema : Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56
Latar Belakang
Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota
metropolitan Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak
kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota yang angkuh secara
intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral. Segala macam dosa
merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa nafsu.
Bersama dengan Priskila dan Akwila (1Kor 16:19)
dan rombongan rasulinya sendiri (Kis 18:5),
Paulus mendirikan jemaat Korintus itu selama delapan belas bulan pelayanannya
di Korintus pada masa perjalanan misinya yang kedua (Kis 18:1-17).
Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan adalah
orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala. Setelah Paulus meninggalkan
Korintus, berbagai macam masalah timbul dalam gereja yang masih muda itu, yang
memerlukan wewenang dan pengajaran rasulinya melalui surat-menyurat dan
kunjungan pribadi.
Surat 1 Korintus ditulis selama tiga tahun
pelayanannya di Efesus (Kis 20:31)
pada waktu perjalanan misinya yang ketiga (Kis 18:23--21:16).
Berita mengenai masalah-masalah jemaat di Korintus terdengar oleh Paulus di
Efesus (1Kor 1:11);
setelah itu utusan dari jemaat Korintus (1Kor 16:17)
menyampaikan sepucuk surat kepada Paulus yang memohon petunjuknya atas berbagai
persoalan (1Kor 7:1;
bd. 1Kor
8:1; 1Kor 12:1; 1Kor 16:1). Sebagai tanggapan atas berita
dan surat yang diterimanya dari Korintus, Paulus menulis surat ini.
Tujuan
Paulus memiliki dua alasan pokok dalam pikirannya ketika ia menulis surat ini:
- Untuk
membetulkan masalah yang serius dalam jemaat di Korintus yang telah
diberitahukan kepadanya. Hal-hal ini meliputi pelanggaran yang dianggap
remeh oleh orang Korintus, tetapi dianggap oleh Paulus sebagai dosa
serius.
- Untuk
memberikan bimbingan dan instruksi atas berbagai pertanyaan yang telah
ditulis oleh orang Korintus. Hal-hal ini meliputi soal doktrin dan juga
perilaku dan kemurnian sebagai perorangan dan sebagai jemaat.
Survai
Surat kiriman ini menangani macam persoalan yang dialami oleh gereja yang para
anggotanya tetap hidup "duniawi" (1Kor 3:1-3)
dan tidak secara tegas memisahkan diri dari masyarakat di sekelilingnya yang
menyembah berhala (2Kor 6:17) -
masalah seperti sifat memecah belah (1Kor
1:10-13; 1Kor 11:17-22), toleransi terhadap dosa
seperti perzinaan (1Kor 5:1-13),
kebejatan seksual pada umumnya (1Kor 6:12-20),
perkara hukum sekular antara orang Kristen (1Kor 6:1-11),
pikiran manusiawi tentang kebenaran rasuli (pasal 15; 1Kor 15:1-58)
dan perselisihan mengenai "kemerdekaan Kristen" (pasal 8, 10; 1Kor
8:1-13; 1Kor 10:1-33). Paulus juga menasihati orang Korintus tentang perkara
yang berkaitan dengan hal membujang dan perkawinan (pasal 7; 1Kor 7:1-40),
ibadah bersama, termasuk Perjamuan Kudus (pasal 11-14; 1Kor 11:1--14:40),
dan pengumpulan uang bagi orang-orang kudus di Yerusalem (1Kor 16:1-4).
Antara berbagai kebenaran yang paling penting dari
surat 1 Korintus terdapat pengajaran Paulus mengenai manifestasi karunia Roh
Kudus dalam konteks ibadah bersama (pasal 12-14; 1Kor 12:1--14:40).
Lebih dari lain tempat dalam PB, pasal-pasal ini memberikan pemahaman terhadap
sifat dan unsur-unsur ibadah dalam gereja mula-mula (bd. 1Kor 14:26-33).
Paulus menunjukkan bahwa maksud Allah bagi gereja meliputi berbagai manifestasi
Roh yang terjadi melalui orang percaya yang setia (1Kor 12:4-10)
dan orang-orang yang dipanggil untuk pelayanan-pelayanan tertentu (1Kor 12:28-30)
-- keanekaragaman dalam kesatuan yang disamakan dengan banyaknya fungsi dari
tubuh manusia (1Kor
12:12-27). Ketika memberikan pedoman bagi fungsi bersama
karunia rohani, Paulus membuat suatu perbedaan yang penting antara hal
membangun pribadi dan hal membangun segenap anggota (1Kor
14:2-6,12,16-19,26), dengan menegaskan bahwa semua manifestasi dan
karunia yang bersifat umum harus mengalir keluar dari kasih (pasal 13; 1Kor 13:1-13)
dan berada demi pembangunan orang percaya yang sedang berhimpun (1Kor
12:7; 1Kor 14:4-6,26).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini:
- Surat
ini paling berpusat pada persoalan dibandingkan dengan kitab lain dalam
PB. Dalam menangani berbagai masalah dan perkara di Korintus, Paulus
memberikan prinsip rohani yang jelas dan kekal (lih. Garis Besar), di mana
setiap prinsip itu dapat diterapkan secara menyeluruh dalam seluruh jemaat
(mis. 1Kor 1:10; 1Kor 6:17,20; 1Kor 7:7; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:31-32; 1Kor 14:1-10; 1Kor 15:22-23).
- Secara
menyeluruh ditekankan kesatuan jemaat lokal sebagai tubuh Kristus, suatu
fokus yang ada dalam pembahasan tentang perpecahan, Perjamuan Kudus, dan
karunia-karunia rohani.
- Surat
ini berisi pengajaran PB yang paling luas mengenai berbagai pokok penting
seperti pembujangan, perkawinan dan nikah ulang (pasal 7; 1Kor 7:1-40); Perjamuan Kudus (1Kor 10:16-21; 1Kor 11:17-34); berkata-kata dengan bahasa Roh, nubuat, dan
karunia rohani dalam perhimpunan bersama (pasal 12, 14; 1Kor 12:1-31; 1Kor 14:1-40); kasih agape (pasal 13; 1Kor 13:1-13); dan kebangkitan tubuh (pasal 15; 1Kor 15:1-58).
- Surat
ini memberikan hikmat yang tak ternilai untuk pengawasan para gembala
sidang berhubungan dengan disiplin gereja (pasal 5; 1Kor 5:1-13).
- Surat
ini menekankan adanya kemungkinan untuk undur dari iman oleh mereka yang
berkanjang dalam perilaku yang tidak benar dan tidak berpegang kepada
Kristus dengan sungguh-sungguh (1Kor 6:9-10; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:5-12,20-21; 1Kor 15:1-2).
Kitab II Korintus
Penulis : Paulus
Tema : Kemuliaan Melalui Penderitaan
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56
Latar Belakang
Paulus menulis surat kiriman ini kepada jemaat di Korintus dan kepada orang
percaya di seluruh Akhaya (2Kor 1:1),
dengan menyebut namanya sendiri sebanyak dua kali (2Kor 1:1; 2Kor 10:1).
Setelah mendirikan jemaat di Korintus selama perjalanan misinya yang kedua,
Paulus dan jemaat itu sering berhubungan karena masalah dalam jemaat. Urutan
hubungan ini dan latar belakang penulisan 2 Korintus adalah sebagai berikut:
- Setelah
beberapa kali berhubungan dan surat-menyurat yang awal di antara Paulus
dengan jemaat itu (misalnya: 1Kor 1:11; 1Kor
5:9; 1Kor 7:1), maka Paulus menulis surat 1 Korintus dari
Efesus (awal tahun 55/56).
- Berikut,
Paulus menyeberangi Laut Aegea menuju Korintus untuk menangani masalah
yang berkembang dalam jemaat. Kunjungan ini di antara 1 dan 2 Korintus
(bd. 2Kor 13:1-2) merupakan suatu kunjungan
yang tak menyenangkan, baik bagi Paulus maupun bagi jemaat itu (2Kor 2:1-2).
- Setelah
kunjungan ini, ada laporan disampaikan kepada Paulus di Efesus bahwa para
penentang di Korintus itu masih menyerang pribadinya dan wewenang
rasulinya, dengan harapan agar mereka dapat membujuk sebagian jemaat itu
untuk menolak Paulus.
- Sebagai
tanggapan terhadap laporan ini, Paulus menulis surat 2 Korintus dari
Makedonia (akhir tahun 55/56).
- Segera
sesudah itu, Paulus mengadakan perjalanan ke Korintus lagi (2Kor 13:1), dan tinggal di situ selama lebih kurang tiga
bulan (bd. Kis 20:1-3a). Dari situ ia menulis kitab
Roma.
Tujuan
Paulus menulis surat ini kepada tiga golongan orang di Korintus.
- Pertama,
ia menulis untuk mendorong mayoritas dalam jemaat di Korintus yang tetap
setia kepadanya sebagai bapa rohani mereka.
- Ia
menulis untuk menantang dan menyingkapkan rasul-rasul palsu yang
terus-menerus berbicara menentang dia secara pribadi dengan harapan dapat
meruntuhkan wibawa dan kerasulannya dan untuk memutarbalikkan beritanya.
- Ia juga
menulis untuk menegur minoritas dalam jemaat yang sedang dipengaruhi oleh
para lawan Paulus dan yang terus-menerus menolak wewenang dan tegurannya.
Paulus meneguhkan kembali integritas dan wewenang rasulinya, menjelaskan
motivasinya dan memperingatkan mereka terhadap pemberontakan yang lebih
lanjut.
Kitab 2 Korintus berfungsi untuk mempersiapkan jemaat
secara keseluruhan untuk kunjungannya yang akan datang.
Survai
Kitab 2 Korintus mempunyai tiga bagian utama.
- Pada
bagian pertama (pasal 1-7; 2Kor 1:1--7:16), Paulus mulai dengan mengucap
syukur kepada Allah atas penghiburan yang dikaruniakan-Nya di
tengah-tengah penderitaan untuk Injil, memuji jemaat Korintus karena
mendisiplinkan orang yang berbuat dosa serius sambil mempertahankan
integritas Paulus dalam kaitan dengan perubahan rencana perjalanannya.
Dalam 2Kor 3:1--6:10 Paulus menyumbangkan
pengertian yang paling luas dalam PB mengenai sifat yang benar dari
pelayanan Kristen. Ia menekankan pentingnya pemisahan dari dunia ini (2Kor 6:11--7:1) dan mengungkapkan sukacitanya
ketika mendengar dari Titus tentang pertobatan banyak anggota jemaat di
Korintus yang sebelumnya telah menentang wewenangnya (pasal 7; 2Kor 7:1-16).
- Di
pasal 8, 9; (2Kor 8:1-24 dan 2Kor 9:1-15), Paulus menasihati jemaat Korintus untuk
menandingi kemurahan hati orang Makedonia yang dengan sepenuh hati telah
menyumbangkan persembahan yang telah dikumpulkannya untuk orang Kristen
yang menderita di Yerusalem.
- Pada
pasal 10, 13; (2Kor 10:1--13:13), nada surat berubah. Di sini
Paulus mempertahankan kerasulannya dengan menguraikan panggilannya,
kualifikasi, dan penderitaannya sebagai seorang rasul yang benar. Dengan
ini Paulus mengharapkan jemaat Korintus akan mengenal rasul-rasul palsu di
antara mereka dan dengan demikian mereka dapat luput dari disiplin yang
lebih lanjut ketika ia sendiri datang lagi. Paulus mengakhiri kitab 2
Korintus dengan satu-satunya ucapan berkat yang menyinggung Trinitas dalam
PB (2Kor 13:14).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini:
- Kitab
ini merupakan surat yang paling banyak memberitahukan riwayat hidup
Paulus. Banyak petunjuk pada dirinya ini, dibuatnya dengan rendah hati,
minta maaf dan bahkan dengan malu, tetapi karena terpaksa mengingat
situasi yang ada di Korintus.
- Kitab
ini melampaui semua surat kiriman lain dari Paulus dalam hal menyatakan
kuatnya dan dalamnya kasih serta keprihatinan bagi anak rohaninya.
- Kitab
ini berisi teologi yang paling lengkap dalam PB mengenai penderitaan Kristen
(2Kor 1:3-11; 2Kor 4:7-18; 2Kor 6:3-10; 2Kor 11:23-30; 2Kor 12:1-10) dan mengenai hal memberi secara kristiani
(pasal 8-9; 2Kor 8:1--9:15).
- Istilah-istilah
kunci, seperti: kelemahan, dukacita, air mata, bahaya, kesukaran,
penderitaan, penghiburan, kemegahan, kebenaran, pelayanan, dan kemuliaan,
menggarisbawahi sifat unik dari surat ini.
Kitab Galatia
Penulis : Paulus
Tema : Keselamatan Karena Kasih Karunia oleh Iman
Tanggal Penulisan: Sekitar 49 TM
Latar Belakang
Paulus menulis surat ini (Gal
1:1; Gal 5:2; Gal 6:11) "kepada jemaat-jemaat di
Galatia" (Gal 1:2).
Beberapa orang berpendapat bahwa orang Galatia ini adalah suku Gaul di bagian
utara Galatia. Kemungkinannya jauh lebih besar bahwa Paulus menulis surat ini
kepada kota-kota di bagian selatan (Antiokhia Pisidia, Ikonium, Listra, Derbe)
di mana ia dan Barnabas menginjil dan memulaikan gereja-gereja dalam perjalanan
pemberitaan Injil yang pertama (Kis 13:1--14:28).
Tanggal penulisan yang paling sesuai adalah tidak lama sesudah Paulus kembali
ke gereja Antiokhia Siria yang mengutusnya dan sebelum sidang di Yerusalem (Kis 15:1-41).
Persoalan utama dalam surat ini adalah persoalan yang
sama yang dibahas dan dipecahkan dalam sidang di Yerusalem (sekitar 49 TM; bd. Kis 15:1-41).
Persoalan utama itu meliputi dua pertanyaan:
- Apakah
iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat itu satu-satunya
syarat untuk selamat?
- Ataukah
ketaatan kepada upacara dan peraturan Yahudi tertentu dari P.L. diperlukan
untuk memperoleh keselamatan dalam Kristus?
Rupanya Paulus menulis surat Galatia ini sebelum
perselisihan mengenai masalah hukum PL secara formal diperdebatkan dalam sidang
di Yerusalem dan pendirian gereja resmi diberikan. Ini berarti bahwa kitab
Galatia ini merupakan surat pertama rasul Paulus.
Tujuan
Paulus mendengar bahwa beberapa guru Yahudi mengacaukan orang yang baru
dimenangkan olehnya di Galatia dengan memaksa mereka disunatkan dan menerima
kuk Taurat Musa sebagai syarat-syarat yang perlu untuk diselamatkan dan
diterima dalam gereja. Setelah mendengar hal ini, Paulus menulis surat ini
- untuk
menegaskan bahwa syarat-syarat yang dituntut hukum, seperti sunat di bawah
perjanjian lama, tidak ada hubungan dengan pekerjaan kasih karunia Allah
dalam Kristus untuk keselamatan di bawah perjanjian yang baru; dan
- menegaskan
lagi dengan jelas bahwa kita menerima Roh Kudus dan hidup rohani oleh iman
kepada Tuhan Yesus Kristus, dan bukan oleh ikatan kepada hukum Taurat PL.
Survai
Dari isi surat ini, tampaknya para pemimpin Yahudi yang melawan Paulus di
Galatia menyerangnya secara pribadi supaya melemahkan pengaruhnya dalam
gereja-gereja. Mereka menuduh bahwa
- Paulus
tidak termasuk kelompok rasul-rasul yang asli, dan karena itu tidak
memiliki wibawa rasuli (bd. Gal 1:1,7,12; Gal 2:8-9);
- berita
yang disampaikannya menyimpang dari Injil yang diberitakan di Yerusalem
(bd. Gal 1:9; Gal
2:2-10); dan
- beritanya
mengenai kasih karunia akan mengakibatkan ketidakpatuhan kepada hukum (bd.
Gal 5:1,13,16,19-21).
Paulus langsung menanggapi ketiga tuduhan itu.
- Dengan
penuh semangat ia membela kekuasaannya sebagai rasul Yesus Kristus, wibawa
yang diterimanya langsung dari Allah dan disahkan oleh Yakobus, Petrus,
dan Yohanes (pasal 1-2; Gal 1:1--2:21).
- Dia
dengan penuh gairah mempertahankan Injil keselamatan yang terjadi karena
kasih karunia oleh iman kepada Kristus (pasal 3-4; Gal 3:1--4:31).
- Akhirnya,
Paulus dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa Injil Yesus Kristus yang
sejati meliputi kebebasan dari perhambaan legalisme Yahudi pada satu sisi
dan kebebasan dari dosa dan tindakan tabiat berdosa pada sisi yang lain.
Kebebasan Kristen yang sejati meliputi hidup oleh Roh dan menggenapi hukum
Kristus (pasal 5-6; Gal 5:1--6:18).
Surat ini berisi suatu sketsa watak orang-orang
percaya Yahudi yang menentang Paulus di Galatia, Antiokhia, dan Yerusalem (Kis 15:1-2,5),
dan di semua wilayah yang dilayaninya. Paulus melukiskan mereka sebagai
pengacau dan pemutar balik (Gal 1:7),
penghalang (Gal 5:7),
dan orang yang suka menonjolkan diri secara lahiriah dan berusaha untuk
mengelak penganiayaan karena penghinaan salib Kristus (Gal 6:12).
Secara tidak langsung Paulus menggambarkan mereka sebagai orang yang ingin
menyenangkan manusia (Gal 1:10),
saudara-saudara palsu (Gal 2:4),
saudara-saudara yang bersunat (Gal 2:12),
dan manipulator(Gal 3:1).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri unik menandai surat ini:
- Surat
ini merupakan pembelaan yang paling bersemangat dalam PB tentang sifat
hakiki Injil. Nadanya tajam, berapi-api dan mendesak ketika Paulus
menghadapi pelawan-pelawan yang salah (mis. Gal 1:8-9; Gal 5:12) dan menegur anggota jemaat Galatia karena
mudahnya mereka tertipu (Gal 1:6; Gal 3:1; Gal 4:19-20).
- Surat
ini hanya diungguli oleh surat 2 Korintus dalam jumlah petunjuk mengenai
kehidupan Paulus.
- Surat
ini adalah satu-satunya surat yang dialamatkan secara tegas kepada
beberapa jemaat (akan tetapi
- Surat
ini berisi daftar buah Roh (Gal 5:22-23) dan daftar yang paling
lengkap mengenai perbuatan-perbuatan tabiat berdosa (Gal 5:19-21).
Kitab Efesus
Penulis : Paulus
Tema : Kristus dan Gereja
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M
Latar Belakang
Surat Efesus merupakan salah satu puncak dalam penyataan alkitabiah dan
menduduki tempat yang unik di antara surat-surat Paulus. Surat ini tidak
ditulis sebagai jawaban terhadap suatu kontroversi doktrinal atau persoalan
pastoral seperti banyak surat lain, sebaliknya Efesus memberikan kesan akan
luapan penyataan yang melimpah sebagai hasil dari kehidupan doa pribadi Paulus.
Paulus menulis surat ini ketika dipenjara karena Kristus (Ef
3:1; Ef 4:1; Ef 6:20), kemungkinan besar di Roma. Ada banyak persamaan di
antara surat ini dengan surat Kolose dan mungkin ditulis tidak lama sesudah
surat Kolose. Kedua surat ini mungkin dibawa secara serentak ke tujuannya oleh
seorang kawan sekerja Paulus yang bernama Tikhikus (Ef 6:21;
bd. Kol 4:7).
Kepercayaan umum ialah bahwa Paulus menulis surat ini
dengan maksud agar sidang pembaca akan lebih luas daripada jemaat di Efesus
saja -- mungkin surat ini ditulisnya sebagai surat edaran untuk gereja-gereja
di seluruh propinsi Asia. Pada mulanya mungkin setiap jemaat di Asia Kecil
menyisipkan namanya sendiri di Ef 1:1,
sebagai bukti relevansi amanatnya yang mendalam bagi semua gereja Yesus Kristus
yang sejati. Banyak orang mengira surat Efesus ini adalah surat kepada jemaat
di Laodikea yang disebut Paulus dalam Kol 4:16.
Survai
Secara paling sederhana PB terdiri atas dua tema dasar:
- bagaimana
kita ditebus oleh Allah, dan
- bagaimana
kita harus hidup sebagai umat tertebus itu.
Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21)
secara umum membahas tema yang pertama, sedangkan pasal 4-6 (Ef 4:1--6:24)
difokuskan pada yang kedua.
- Pasal
1-3 (Ef 1:1--3:21) dimulai dengan suatu paragraf
pembukaan yang merupakan salah satu nas yang paling dalam di Alkitab (Ef 1:3-14). Kidung penebusan yang sangat indah ini
menaikkan pujian karena Bapa telah memilih, menentukan dan mengangkat kita
sebagai anak-anak-Nya (Ef 1:3-6), karena Putra yang menebus
kita dengan darah-Nya (Ef 1:7-12), dan karena Roh Kudus sebagai
meterai dan jaminan warisan kita (Ef 1:13-14). Di bagian ini Paulus
menekankan bahwa dalam penebusan karena kasih karunia oleh iman, Allah
memperdamaikan kita dengan diri-Nya (Ef 2:1-10) dan dengan sesama umat
tertebus (Ef 2:11-15), dan sedang mempersatukan
kita di dalam Kristus dalam satu tubuh, yaitu gereja (Ef 2:16-22). Tujuan penebusan adalah "mempersatukan di
dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu baik yang di sorga maupun yang
di bumi," (Ef 1:10).
- Pasal
4-6 (Ef 4:1--6:24) pada umumnya terdiri atas
arahan-arahan praktis bagi gereja mengenai tuntutan penebusan di dalam
Kristus atas kehidupan pribadi dan kehidupan bersama kita.
Di antara 35 pengarahan yang diberikan dalam surat ini
mengenai bagaimana seorang tertebus harus hidup, ditekankan tiga kategori luas.
- Orang
percaya dipanggil kepada suatu kehidupan baru yang murni dan terpisah dari
dunia. Mereka dipanggil untuk "kudus dan tak bercacat di
hadapan-Nya" (Ef 1:4), "menjadi bait Allah
yang kudus" (Ef 2:21), "hidup ... berpadanan
dengan panggilan (mereka) itu" (Ef 4:1), "mencapai ...
kedewasaan penuh" (Ef 4:13), hidup "di dalam
kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Ef 4:24), "hiduplah di dalam kasih" (Ef 5:2; bd. Ef 3:17-19), dan menjadi kudus "dengan ...
firman" (Ef 5:26) agar Kristus bisa memperoleh
"jemaat ... tanpa cacat atau kerut ... kudus dan tidak bercela"
(Ef 5:27).
- Orang
percaya dipanggil kepada suatu cara hidup baru dalam hubungan keluarga dan
kerja (Ef 5:22--6:9). Semua hubungan ini hendaknya
dikuasai oleh prinsip-prinsip yang menandai orang percaya berbeda sekali
dari masyarakat sekular di mana mereka hidup.
- Akhirnya,
orang percaya dipanggil untuk tetap berdiri teguh terhadap semua rencana
jahat Iblis dan terhadap "roh-roh jahat di udara" yang hebat
sekali (Ef 6:10-20).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- Penyingkapan
kebenaran teologis akbar dalam pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dihentikan sejenak oleh dua
doa rasuli yang paling berkuasa dalam PB: yang pertama memohon hikmat dan
wahyu dalam pengenalan akan Allah (Ef 1:15-23); yang kedua berfokus pada
mengenali kasih, kuasa, dan kemuliaan Allah (Ef 3:14-21).
- "Di
dalam Kristus", sebuah istilah Paulus yang sangat berbobot (dipakai
160 kali dalam surat-surat Paulus) secara khusus menonjol dalam surat ini
(sekitar 36 kali). "Setiap berkat rohani" dan setiap persoalan
praktis dalam hidup ini berhubungan dengan perihal berada "di dalam
Kristus".
- Maksud
dan tujuan abadi Allah bagi gereja ditekankan dalam surat Efesus.
- Beraneka
segi dari peranan Roh Kudus di dalam kehidupan Kristen ditekankan (Ef 1:13-14,17; Ef 2:18; Ef 3:5,16,20; Ef 4:3-4,30; Ef 5:18; Ef 6:17-18).
- Surat
Efesus kadang-kadang dianggap sebagai "surat kembar" dengan
Kolose, karena persamaan dalam isi dan ditulis kira-kira pada waktu yang
sama (bd. Garis Besar kedua surat itu).
Kitab Filipi
Penulis : Paulus
Tema : Sukacita Dalam Hal Hidup bagi Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 62/63 TM
Latar Belakang
Kota Filipi di Makedonia timur, yang letaknya enam belas kilometer dari pesisir
Laut Aegea, dinamai menurut Raja Filipus II dari Makedon, ayah Aleksander
Agung. Pada masa Paulus, kota ini sebuah kota Romawi dan pangkalan militer yang
terkenal.
Gereja di Filipi didirikan oleh Paulus dan teman-teman
sekerjanya (Silas, Timotius, Lukas) pada perjalanan misi yang kedua sebagai
tanggapan terhadap penglihatan yang Allah berikan di Troas (Kis 16:9-40).
Suatu ikatan persahabatan yang kuat berkembang di antara rasul itu dan jemaat
Filipi. Beberapa kali jemaat itu mengirim bantuan keuangan kepada Paulus (2Kor 11:9; Fili
4:15-16) dan dengan bermurah hati memberi kepada persembahan
yang dikumpulkannya untuk orang Kristen yang berkekurangan di Yerusalem (bd. 2Kor 8:1--9:15).
Agaknya dua kali Paulus mengunjungi gereja ini pada perjalanan misinya yang
ketiga (Kis
20:1,3,6).
Tujuan
Dari penjara (Fili
1:7,13-14), kemungkinan besar di Roma (Kis 28:16-31),
Paulus menulis surat ini kepada orang percaya di Filipi untuk berterima kasih
kepada mereka atas pemberian banyak yang baru-baru ini mereka kirim kepadanya
dengan perantaraan Epafroditus (Fili 4:14-19)
dan untuk memberi kabar tentang keadaannya yang sekarang. Lagi pula, Paulus
menulis untuk meyakinkan jemaat tentang keberhasilan maksud Allah dalam hukuman
penjaranya (Fili
1:12-30), menenangkan jemaat bahwa utusan mereka
(Epafroditus) telah menunaikan tugasnya dengan setia dan tidak kembali kepada
mereka sebelum waktunya (Fili 2:25-30),
dan untuk mendorong mereka untuk maju agar mengenal Tuhan dalam persatuan,
kerendahan hati, persekutuan, dan damai sejahtera.
Survai
Surat Filipi tidak ditulis terutama untuk menyelesaikan berbagai persoalan dan
pertentangan dalam gereja seperti banyak surat Paulus yang lain. Nada utama
surat ini ialah kasih sayang yang hangat dan penghargaan terhadap jemaat itu.
Dari salamnya (Fili 1:1)
sampai ke doa berkat (Fili 4:23),
surat ini memusatkan perhatian pada Kristus Yesus sebagai tujuan hidup dan
pengharapan orang percaya akan hidup kekal.
Dalam surat ini, Paulus memang berbicara mengenai tiga
masalah kecil di Filipi:
- Keputusasaan mereka karena masa hukumannya
yang begitu lama (Fili 1:12-26);
- benih-benih
perpecahan di antara dua orang wanita di dalam gereja (Fili 4:2; bd. Fili 2:2-4); dan
- ancaman
ketidaksetiaan yang selalu ada dalam gereja oleh karena para
penganut agama Yahudi dan orang-orang yang berpikiran duniawi (pasal 3; Fili 3:1-16).
Karena ketiga masalah yang potensial ini, kita
mempunyai ajaran Paulus yang paling kaya mengenai
- sukacita
di tengah-tengah segala keadaan hidup (mis. Fili 1:4,12; Fili 2:17-18; Fili 4:4,11-13),
- kerendahan
hati dan pelayanan Kristen (Fili 2:1-18), dan
- nilai
pengenalan akan Kristus yang melebihi segala sesuatu (pasal 3; Fili 3:1-16).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- Sifatnya
sangat pribadi dan penuh kasih sayang, serta mencerminkan hubungan akrab
Paulus dan orang percaya di Filipi.
- Sangat
memusatkan perhatian kepada Kristus, serta mencerminkan hubungan dekat
Paulus dengan Kristus (mis. Fili 1:21; Fili 3:7-14).
- Memberikan
salah satu pernyataan yang paling mendalam mengenai Kristologi dalam
Alkitab (Fili 2:5-11).
- Merupakan
terutama suatu "surat sukacita" PB.
- Menyajikan
standar kehidupan Kristen yang sangat kuat, termasuk hidup dengan rendah
hati dan sebagai seorang hamba (Fili 2:1-8), berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan (Fili 3:13-14), bersukacita selalu di dalam
Tuhan (Fili 4:4), mengalami kebebasan dari
kecemasan (Fili 4:6), merasa senang dalam segala
keadaan (Fili 4:11), dan melakukan segala hal
karena kasih karunia Kristus yang memberi kekuatan (Fili 4:13).
Kitab Kolose
Penulis : Paulus
Tema : Keunggulan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 TM
Latar Belakang
Kota Kolose terletak dekat Laodikia (bd. Kol 4:16)
di bagian barat daya Asia Kecil, kira-kira 160 kilometer tepat di sebelah timur
kota Efesus. Agaknya jemaat Kolose telah didirikan sebagai akibat tiga tahun
pelayanan yang luar biasa dari Paulus di Efesus (Kis 20:31).
Pengaruh pelayanannya begitu luar biasa dan luas jangkauannya sehingga
"semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun
orang Yunani" (Kis 19:10).
Walaupun Paulus sendiri mungkin tidak pernah mengunjungi Kolose (Kol 2:1),
ia telah memelihara hubungannya dengan gereja itu melalui Epafras, seorang yang
bertobat di bawah pelayanannya dan rekan kerjanya dari Kolose (Kol 1:7; Kol 4:12).
Alasan untuk menulis surat ini adalah munculnya ajaran
palsu yang mengancam masa depan rohani jemaat Kolose (Kol 2:8).
Ketika Epafras, seorang pemimpin dalam gereja Kolose dan boleh jadi pendirinya,
mengadakan perjalanan untuk mengunjungi Paulus dan memberitahukan tentang
situasi di Kolose (Kol 1:8; Kol 4:12),
Paulus menanggapinya dengan menulis surat ini. Pada waktu itu ia berada dalam
tahanan (Kol
4:3,10,18), mungkin sekali di Roma (Kis 28:16-31)
sambil menantikan naik bandingnya kepada Kaisar (Kis 25:11-12).
Rekan Paulus, Tikhikus sendiri membawa surat ini ke Kolose atas nama Paulus (Kol 4:7).
Sifat yang tepat dari ajaran palsu yang terdapat di
Kolose ini tidak diuraikan dengan jelas dalam surat ini, karena para pembaca
yang mula-mula sudah memahaminya dengan baik. Akan tetapi dari berbagai
pernyataan Paulus yang menentang ajaran palsu itu, nyatalah bahwa bidat yang
hendak meruntuhkan dan menggantikan Yesus Kristus sebagai inti kepercayaan
Kristen adalah suatu campuran yang aneh yang terdiri atas ajaran Kristen,
tradisi-tradisi Yahudi tertentu di luar Alkitab dan filsafat kafir (serupa
dengan campuran kultus-kultus dewasa ini).
Tujuan
Paulus menulis
- untuk
memberantas ajaran palsu yang berbahaya di Kolose yang sedang menggantikan
keunggulan Kristus dan kedudukan-Nya sebagai inti dalam ciptaan,
penyataan, penebusan, dan gereja; dan
- untuk
menekankan sifat sebenarnya dari hidup baru di dalam Kristus dan
tuntutannya pada orang percaya.
Survai
Setelah menyampaikan salam jemaat dan mengungkapkan rasa syukur karena iman,
kasih, dan pengharapan mereka, dan karena mereka terus-menerus maju sebagai
orang percaya, maka Paulus memusatkan perhatian pada dua pokok persoalan yang
penting: ajaran yang betul (Kol 1:13--2:23)
dan nasihat-nasihat praktis (Kol 3:1--4:6).
Dari segi teologi, Paulus menekankan sifat sejati dan
kemuliaan Tuhan Yesus Kristus. Dialah gambar Allah yang tidak kelihatan (Kol 1:15),
kepenuhan ke-Allahan dalam bentuk jasmaniah (Kol 2:9),
Pencipta segala sesuatu (Kol 1:16-17),
kepala gereja (Kol 1:18)
dan sumber yang serba cukup dari keselamatan kita (Kol 1:14,20-22).
Kristus benar-benar memadai, sedangkan bidat di Kolose itu sama sekali tidak
memadai -- hampa, palsu, dan bersifat kemanusiaan (Kol 2:8);
dangkal secara rohani dan angkuh (Kol 2:18);
serta tanpa kuasa terhadap keinginan-keinginan berdosa dari tubuh (Kol 2:23)
Dalam nasihat-nasihat praktisnya, Paulus mengimbau
agar hidup ini didasarkan pada kecukupan dari Kristus sebagai satu-satunya cara
untuk maju dalam kehidupan Kristen. Realitas Kristus yang hidup di dalam kita (Kol 1:27)
harus tampak dalam perilaku Kristen (Kol 3:1-17),
hubungan rumah tangga (Kol 3:18--4:1)
dan disiplin rohani (Kol 4:2-6).
Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini.
- Kolose
memusatkan perhatian pada kebenaran rangkap dua dari keutamaan Kristus dan
kesempurnaan orang percaya di dalam Dia, bahkan lebih dari kitab-kitab
lain dalam PB.
- Kitab
ini dengan tegas meneguhkan kepenuhan ke-Allahan Kristus (Kol 2:9) dan berisi salah satu bagian yang paling agung
di PB mengenai kemuliaan-Nya (Kol 1:15-23).
- Kitab
ini sering dianggap sebagai "surat kembar" bersama kitab Efesus,
karena keduanya mempunyai beberapa persamaan dalam hal isi dan ditulis
kira-kira pada waktu yang sama (bd. Garis Besar dari kedua kitab ini).
Kitab I Tesalonika
Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 51 M
Latar Belakang
Tesalonika terletak sekitar seratus enam puluh kilometer di sebelah barat daya
Filipi; kota ini adalah ibu kota dan pelabuhan yang paling terkemuka dari
Makedonia, sebuah propinsi Romawi. Di antara penduduk yang berjumlah sekitar
200.000 jiwa adalah masyarakat Yahudi yang kuat. Ketika Paulus mendirikan
gereja Tesalonika pada perjalanan misionernya yang kedua, pelayanannya yang
berhasil di wilayah itu dihentikan sebelum waktunya karena permusuhan kalangan
Yahudi (Kis 17:1-9).
Karena terpaksa meninggalkan Tesalonika, Paulus pergi
ke Berea di mana sekali lagi pelayanan singkat yang berhasil dihentikan oleh
penganiayaan yang timbul karena orang Yahudi yang mengikuti dia dari Tesalonika
(Kis 17:10-13).
Kemudian Paulus pergi ke Atena (Kis 17:15-34),
di mana Timotius bergabung dengannya. Paulus mengutus Timotius kembali ke
Tesalonika untuk menyelidiki keadaan jemaat yang masih muda itu (1Tes 3:1-5)
sedangkan Paulus pergi ke Korintus (Kis 18:1-17).
Setelah menyelesaikan tugasnya, Timotius pergi ke Korintus untuk melaporkan
pada Paulus mengenai gereja di Tesalonika (1Tes 3:6-8).
Sebagai tanggapan atas laporan Timotius, Paulus menulis surat ini, mungkin tiga
sampai enam bulan setelah gereja itu dimulai.
Tujuan
Karena Paulus terpaksa meninggalkan Tesalonika dengan tiba-tiba karena
penganiayaan, orang yang baru bertobat itu hanya menerima sedikit pendidikan
mengenai kehidupan Kristen. Ketika Paulus mengetahui dari Timotius mengenai
keadaan mereka saat itu, dia menulis surat ini
- untuk
mengungkapkan sukacitanya tentang keteguhan iman dan ketekunan mereka di
tengah-tengah penganiayaan,
- untuk
mengajar mereka lebih jauh tentang kekudusan dan kehidupan yang saleh, dan
- untuk
menerangkan beberapa kepercayaan, khususnya mengenai status orang percaya
yang telah mati sebelum Kristus datang kembali.
Survai
Setelah memberi salam kepada jemaat itu (1Tes 1:1),
Paulus dengan sukacita memuji jemaat Tesalonika atas semangat dan iman mereka
yang tabah di tengah segala penderitaan (1Tes 1:2-10; 1Tes
2:13-16). Paulus menanggapi kecaman dengan mengingatkan
mereka akan kemurnian motivasinya (1Tes 2:1-6),
kesungguhan kasih dan perhatiannya terhadap mereka (1Tes
2:7-8,17-20; 1Tes 3:1-10), serta kelakuannya yang jujur
di tengah mereka (1Tes 2:9-12).
Paulus menekankan perlunya dan pentingnya kekudusan
dan kuasa dalam kehidupan Kristen. Orang percaya harus kudus (1Tes 3:13; 1Tes
4:1-8; 1Tes 5:23-24), dan Injil harus disertai kuasa dan penyataan Roh Kudus (1Tes 1:5).
Paulus mendorong jemaat itu supaya jangan mereka memadamkan api Roh dengan
meremehkan penyataan-Nya, khususnya nubuat (1Tes 5:19-20).
Tema yang menonjol adalah kedatangan Kristus untuk
membebaskan umat-Nya dari murka Allah di atas muka bumi ini (1Tes
1:10; 1Tes 4:13-18; 1Tes 5:1-11). Rupanya beberapa
anggota jemaat sudah meninggal sehingga menimbulkan kekhawatiran mengenai
keikutsertaan mereka dalam keselamatan terakhir yang akan dinyatakan ketika
Tuhan datang. Oleh karena itu, Paulus menerangkan rencana Allah bagi orang
kudus yang sudah dipanggil pulang bila Kristus kembali bagi gereja-Nya (1Tes 4:13-18)
dan menasihatkan mereka yang masih hidup tentang pentingnya kesiagaan ketika
Kristus datang (1Tes 5:1-11).
Paulus menutup surat ini dengan berdoa untuk kekudusan dan pemeliharaan mereka
(1Tes 5:23-24).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.
- Surat
ini adalah salah satu dari kitab-kitab PB yang pertama ditulis.
- Itu
berisi bagian-bagian penting mengenai orang-orang kudus yang sudah mati
yang dibangkitkan oleh Allah ketika Kristus kembali untuk mengangkat gereja
(1Tes 4:13-18) dan tentang "hari
Tuhan" (1Tes 5:1-11).
- Kelima
pasal ini berisi petunjuk tentang kedatangan Kristus dan artinya bagi
orang percaya (1Tes 1:10; 1Tes 2:19; 1Tes 3:13; 1Tes 4:13-18; 1Tes 5:1-11,23).
- Surat
ini memberikan wawasan yang unik
- mengenai
kehidupan gereja tahun 50-an yang belum dewasa tetapi penuh semangat dan
- mengenai
mutu pelayanan Paulus sebagai perintis pemberitaan Injil.
Kitab II Tesalonika
Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 51 atau 52 M
Latar Belakang
Ketika surat ini ditulis, situasi jemaat Tesalonika sama saja dengan ketika ia menulis
surat yang pertama. Oleh karena itu, mungkin surat ini ditulis beberapa bulan
saja setelah surat pertama ketika Paulus masih bekerja di Korintus bersama
Silas dan Timotius (2Tes 1:1;
bd. Kis 18:5).
Rupanya ketika diberi tahu mengenai penerimaan surat pertama dan beberapa
perkembangan baru di tempat itu, Paulus tergerak untuk menulis surat kedua ini.
Tujuan
Tujuan Paulus mirip dengan tujuan penulisan surat yang pertama:
- menghibur
orang percaya baru yang dianiaya;
- menasihatkan
mereka untuk hidup berdisiplin dan bekerja untuk mencari nafkah; dan
- memperbaiki
beberapa kepercayaan yang keliru tentang peristiwa akhir zaman yang
berkaitan dengan "hari Tuhan" (2Tes 2:2).
Survai
Jikalau hubungan Paulus dengan jemaat Tesalonika dari surat yang pertama
bernada seorang perawat lembut yang merawat anak-anak kecil (1Tes 2:7),
dalam surat ini nadanya lebih seperti bapa yang mendisiplin anak-anak yang kurang
tertib dan memperbaiki jalannya (2Tes 3:7-12;
bd. 1Tes 2:11).
Namun demikian Paulus memuji mereka karena iman yang teguh dan mendorong mereka
lagi untuk tetap setia dalam penganiayaan yang mereka hadapi (2Tes 1:3-7).
Bagian utama surat ini membahas hari Tuhan pada akhir
zaman (2Tes 2:1-12;
bd. 2Tes 1:6-10).
Dari 2Tes 2:2
tampaknya bahwa beberapa orang dalam jemaat menyatakan, entah melalui
"nubuat" (suatu penyataan), "laporan" (berita lisan) atau
"surat" (katanya dari Paulus) bahwa masa kesengsaraan besar dan hari
Tuhan sudah mulai. Paulus memperbaiki salah paham ini dengan mengatakan bahwa
tiga peristiwa penting akan menandai tibanya hari Tuhan (2Tes 2:2);
- akan
terjadi kemurtadan dan pemberontakan besar (2Tes 2:3);
- Penahanan
yang ditentukan Allah terhadap kejahatan akan diangkat (2Tes 2:6-7) dan
- "manusia
durhaka" akan dinyatakan (2Tes 2:3-4,8-12). Paulus menegur mereka di
dalam gereja yang mempergunakan penantian akan kedatangan Kristus ini
sebagai alasan untuk tidak bekerja. Ia mendorong semua orang percaya untuk
hidup dengan rajin dan disiplin (2Tes 3:6-12).
Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini,
- Surat
ini berisi bagian yang paling lengkap dalam PB mengenai pelanggaran hukum
yang tanpa kendali dan penipuan pada akhir sejarah (2Tes 2:3-12).
- Penghakiman
Allah yang adil akan menyertai kedatangan kedua Kristus digambarkan dengan
istilah apokaliptis, mirip dengan kitab Wahyu (2Tes 1:6-10; 2Tes 2:8).
- Kitab
ini memakai istilah-istilah eskatologi untuk Antikristus yang tidak digunakan
di bagian Alkitab yang lain (2Tes 2:3,8).
Kitab I Timotius
Penulis : Paulus
Tema : Doktrin yang Benar dan Kesalehan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 65 M
Latar Belakang
Surat 1 dan 2 Timotius dan Titus -- biasanya disebut sebagai "Surat-Surat
Penggembalaan", adalah surat-surat dari Paulus (1Tim 1:1; 2Tim 1:1; Tit 1:1)
kepada Timotius (di Efesus) dan Titus (di Kreta) mengenai pelayanan pastoral di
gereja. Beberapa pengeritik telah mempersoalkan kepenulisan Paulus atas surat
ini, namun gereja mula-mula dengan tegas menempatkannya sebagai surat-surat
Paulus yang asli. Walaupun ada perbedaan gaya penulisan dan kosakata dalam
Surat-Surat Penggembalaan dibanding dengan surat kiriman lain dari Paulus, usia
lanjut dan perhatian pribadi Paulus terhadap pelayanan Timotius dan Titus dapat
menerangkan perbedaan ini dengan cukup menyakinkan.
Paulus menulis surat 1 Timotius sesudah
peristiwa-peristiwa yang tercantum dalam pasal terakhir Kisah Para Rasul.
Hukuman penjara yang pertama kali dialami Paulus di Roma (Kis 28:1-30)
rupanya berakhir dengan kebebasan (2Tim 4:16-17).
Setelah itu, menurut keterangan Klemens dari Roma (sekitar tahun 96 M) dan
Kanon Muratoria (sekitar tahun 170 M), Paulus meninggalkan Roma menuju ke arah
barat ke Spanyol dan di sana melaksanakan pelayanan yang sudah lama
dicita-citakannya (bd. Rom 15:23-24,28).
Berdasarkan data dalam Surat-Surat Penggembalaan ini, Paulus kemudian kembali
ke daerah Laut Aegea (khususnya Kreta, Makedonia, dan Yunani) untuk pelayanan
selanjutnya. Sementara waktu ini (sekitar tahun 64-65 M), Paulus menugaskan
Timotius sebagai wakil rasuli untuk melayani di Efesus, dan Titus di Kreta.
Dari Makedonia, Paulus menulis surat yang pertama kepada Timotius, dan beberapa
waktu kemudian dia menulis kepada Titus. Setelah itu, Paulus kembali ditawan di
Roma, ketika dia menulis surat yang kedua kepada Timotius, tidak lama sebelum
dia mati syahid pada tahun 67/68 M (lihat 2Tim 4:6-8).
Tujuan
Paulus mempunyai tiga maksud ketika menulis surat ini:
- menasihati
Timotius sendiri mengenai kehidupan pribadi dan pelayanannya;
- mendorong
Timotius untuk mempertahankan kemurnian Injil dan standarnya yang kudus
dari pencemaran oleh guru palsu; dan
- memberikan
pengarahan kepada Timotius mengenai berbagai urusan dan persoalan gereja
di Efesus.
Survai
Salah satu hal utama yang disampaikan Paulus kepada pembantu mudanya ialah
supaya Timotius tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang sejati dan
membuktikan kesalahan ajaran palsu yang melemahkan kuasa Injil yang menyelamatkan
(1Tim
1:3-7; 1Tim 4:1-8; 1Tim 6:3-5,20-21). Paulus juga
menginstruksikan Timotius mengenai syarat-syarat kerohanian dan sifat bagi para
pemimpin gereja dan memberikan gambaran tersusun dari macam orang yang
diizinkan menjadi pemimpin rohani gereja (lih. daftar syarat terperinci di
garis besar).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.
- Surat
ini yang dialamatkan langsung kepada Timotius sebagai wakil Paulus di
jemaat Efesus, sangat pribadi dan ditulis dengan emosi dan perasaan yang mendalam.
- Bersama
dengan surat 2 Timotius, maka lebih dari surat PB lainnya surat ini
menekankan tanggung jawab pendeta untuk memelihara Injil agar tetap murni
dan bebas dari ajaran palsu yang akan melemahkan kuasanya untuk
menyelamatkan.
- Surat
ini menekankan nilai unggul dari Injil, pengaruh setan di belakang semua
pencemaran, panggilan gereja yang kudus dan syarat tinggi yang ditetapkan
Allah bagi para pemimpinnya.
- Surat
ini memberikan pedoman yang paling lengkap dalam PB mengenai bagaimana
seorang gembala harus berhubungan secara patut dengan pria dan wanita
serta dengan semua kelompok usia dan sosial dalam gereja.
Kitab II Timotius
Penulis : Paulus
Tema : Bertekun dengan Ketabahan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 67
Latar Belakang
Inilah surat terakhir Paulus. Pada saat menulis surat ini, kaisar Nero sedang
berusaha untuk menghentikan perkembangan kekristenan di Roma dengan
penganiayaan yang bengis terhadap orang percaya; Paulus sekali lagi menjadi
tahanan negara di Roma (2Tim 1:16).
Dia menderita kekurangan sebagai seorang penjahat biasa (2Tim 2:9),
ditinggalkan oleh kebanyakan sahabatnya (2Tim 1:15),
dan sadar bahwa pelayanannya sudah berakhir dan kematiannya sudah dekat (2Tim 4:6-8,18;
untuk pembahasan yang lebih lanjut mengenai latar belakang dan kepenulisan).
Paulus menulis kepada Timotius sebagai "anakku
yang kekasih" (2Tim 1:2)
dan teman sekerja yang setia (bd. Rom 16:21).
Hubungan yang erat serta kepercayaannya terhadap Timotius dilihat dalam halnya
Paulus menyebutkan Timotius ikut terlibat dalam mengirimkan enam buah surat,
kehadiran Timotius dengan Paulus dalam tahanan yang pertama (Fili
1:1; Kol 1:1; File 1:1) dan kedua surat pribadi
kepadanya. Pada saat Paulus menghadapi kemungkinan dihukum mati adalah dekat,
dua kali ia minta Timotius menemaninya di Roma (2Tim 4:9,21).
Ketika Paulus mengirim surat kedua ini, Timotius masih berada di Efesus (2Tim 1:18; 2Tim 4:19).
Tujuan
Karena mengetahui bahwa Timotius pemalu serta menghadapi kesukaran, dan karena
menyadari akan kemungkinan penganiayaan berat dari luar gereja dan adanya
guru-guru palsu di dalam gereja, Paulus menasihatkan Timotius agar dia
memelihara Injil, memberitakan Firman Allah, menanggung kesukaran dan
melaksanakan tugas-tugasnya.
Survai
Dalam pasal 1; (2Tim 1:1-18)
Paulus meyakinkan Timotius tentang kasih dan doanya yang tetap sambil mendorong
dia untuk tetap setia tanpa berkompromi tehadap Injil, memelihara kebenaran
dengan tekun dan mengikuti teladannya.
Dalam pasal 2; (2Tim 2:1-26)
Paulus menugaskan anak rohaninya untuk tetap memelihara iman dengan
mempercayakan kebenarannya kepada orang lain yang dapat dipercayai untuk
mengajarkannya kepada orang lain (2Tim 2:2).
Paulus menasihati gembala yang muda ini untuk menanggung kesukaran seperti
prajurit yang baik (2Tim 2:3),
melayani Allah dengan rajin dan memberitakan firman kebenaran dengan tepat (2Tim 2:15),
memisahkan diri dari mereka yang meninggalkan kebenaran rasuli (2Tim 2:18-21),
memelihara kemurniannya (2Tim 2:22)
dan bekerja dengan tekun sebagai guru (2Tim 2:23-26).
Dalam pasal berikutnya Paulus mengingatkan Timotius
bahwa kejahatan dan kemurtadan akan meningkat (2Tim 3:1-9),
tetapi Timotius harus tetap setia kepada iman yang diwarisinya dan kepada
Alkitab (2Tim
3:10-17).
Dalam pasal terakhir Paulus menugaskan Timotius untuk
memberitakan Firman serta melaksanakan semua tugas pelayanannya (2Tim 4:1-5).
Paulus menutup surat ini dengan memberitahukan Timotius tentang keadaan dirinya
pada saat dia menghadapi kematian, sambil memohon Timotius datang dengan cepat
(2Tim 4:6-22).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- Surat
ini berisi perkataan terakhir Paulus yang ditulis sebelum pelaksanaan
hukum mati oleh kaisar Nero di Roma hampir 35 tahun setelah pertobatannya
kepada Kristus di jalan ke Damsyik.
- Surat
ini berisi pernyataan yang paling terang dalam Alkitab mengenai
pengilhaman dan tujuan ilahi Alkitab (2Tim 3:16-17): Paulus menekankan bahwa
Alkitab harus ditafsirkan dengan cermat oleh pelayan-pelayan Firman (2Tim 2:15) dan mendorong penyerahan Firman Allah kepada
orang yang dapat dipercayai yang kemudian dapat mengajar orang lain (2Tim 2:2).
- Sepanjang
surat ini muncul nasihat-nasihat pendek tetapi tepat misalnya,
"mengobarkan karunia Allah" (2Tim 1:6),
"janganlah malu" (2Tim 1:8),
"menderita bagi Injil-Nya" (2Tim 1:8),
"Peganglah ... ajaran yang sehat" (2Tim 1:13),
"peliharalah harta yang indah" (2Tim 1:14),
"jadilah kuat oleh kasih karunia" (2Tim 2:1),
"ikutlah menderita" (2Tim 2:3),
"memberitakan perkataan kebenaran" (2Tim 2:15),
"hindarilah" (2Tim 2:16),
"jauhilah ... kejarlah" (2Tim 2:22),
berhati-hatilah terhadap kemurtadan yang mendekat (2Tim 3:1-9),
"tetap berpegang kepada kebenaran" (2Tim 3:14),
"beritakanlah Firman" (2Tim 4:2),
"lakukanlah pekerjaan pemberita Injil" (2Tim 4:5),
"tunaikanlah tugas pelayananmu" (2Tim 4:5).
- Tema
yang berulang-ulang dari banyak nasihatnya adalah untuk berpegang pada
iman (Yesus Kristus dan Injil asli dari rasul-rasul), jagalah iman itu
dari pemutarbalikan dan kerusakan, menentang guru palsu, dan beritakan
Injil yang benar dengan ketekunan yang teguh.
- Kesaksian
terakhir Paulus adalah suatu contoh yang mengharukan dari keberanian dan
harapan ketika menghadapi mati syahid yang sudah pasti (2Tim 4:6-8).
Kitab Titus
Penulis : Paulus
Tema : Ajaran yang Benar dan Kebajikan
Tanggal Penulisan: Sekitar 65-66 M
Latar Belakang
Seperti halnya 1 dan 2 Timotius, Titus adalah surat pribadi dari Paulus kepada
salah seorang pembantu mudanya. Surat ini disebut "Surat
Penggembalaan" karena membahas masalah yang berkaitan dengan peraturan
gereja dan pelayanannya. Titus, seorang bertobat bukan Yahudi (Gal 2:3),
menjadi pendamping dekat Paulus dalam pelayanan rasuli. Walaupun namanya tidak
disebutkan dalam Kisah Para Rasul (mungkin karena ia saudara Lukas) hubungan
erat dengan Paulus ditunjukkan dengan
- disebutnya
Titus sebanyak 13 kali dalam surat-surat Paulus,
- dia
adalah orang yang bertobat dalam pelayanan Paulus dan anak rohaninya (Tit 1:4) dan seperti Timotius menjadi teman sekerja
Paulus yang terpercaya dalam pelayanan (2Kor 8:23),
- dijadikannya
wakil Paulus setidaknya untuk satu tugas penting ke Korintus selama
perjalanan misi ketiga Paulus (2Kor 2:12-13; 2Kor 7:6-15; 2Kor 8:6,16-24), dan
- pelayanannya
sebagai teman sekerja Paulus di Kreta (Tit 1:5).
Paulus dan Titus bekerja bersama-sama dalam waktu
singkat di Kreta (barat daya Asia Kecil di Laut Tengah) antara pemenjaraan
Paulus yang pertama dengan yang kedua.
Paulus menugaskan Titus untuk melanjutkan pelayanannya
di antara orang Kreta (Tit 1:5),
sedangkan dia sendiri melanjutkan perjalanan ke Makedonia (bd. 1Tim 1:3).
Tidak lama sesudah peristiwa itu, Paulus menulis surat ini kepada Titus,
menginstruksikan dia untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah mereka awali
bersama. Mungkin surat ini dititipkan kepada Zenas dan Apolos yang akan
melewati Kreta (Tit 3:13).
Dalam surat ini Paulus meyampaikan rencananya untuk
mengirim Artemas atau Tikhikus dengan segera untuk menggantikan Titus, karena
setelah itu Titus harus ikut serta dengan Paulus di Nikopolis (Yunani), tempat
yang direncanakan menjadi tempat tinggal Paulus selama musim dingin (Tit 3:12).
Kita mengetahui bahwa rencana ini terlaksana (bd. 2Tim 4:10)
karena Paulus kemudian menugaskan Titus di Dalmatia (Yugoslavia sebelum pecah).
Tujuan
Paulus menulis surat ini kepada Titus terutama untuk menugaskan Titus
- menata
apa yang ditinggalkan Paulus di Kreta, termasuk penetapan penatua (Tit 1:5);
- membantu
jemaat tumbuh dalam iman, pengetahuan akan kebenaran, dan kesalehan (Tit 1:1);
- membungkam
guru-guru palsu (Tit 1:11); dan
- datang
kepada Paulus setelah ia diganti oleh Artemas atau Tikhikus (Tit 3:12).
Survai
Paulus membahas empat pokok utama di dalam surat ini.
- Dia
menginstruksikan Titus mengenai tabiat dan syarat rohani yang diperlukan
mereka yang akan dipilih menjadi penatua (penilik jemaat) di dalam gereja.
Penatua haruslah orang saleh yang sifatnya terbukti, berhasil menuntun
keluarganya sendiri (Tit 1:5-9).
- Paulus
menyuruh Titus mengajarkan doktrin yang benar serta membungkam dan menegur
para guru palsu (Tit 1:10--2:1). Di dalam surat ini Paulus
memberikan dua rangkuman tentang ajaran yang sehat (Tit 2:11-14; Tit 3:4-7).
- Paulus
menggambarkan untuk Titus (bd. 1Tim 5:1--6:2) peranan yang patut untuk
laki-laki yang sudah lanjut usia (Tit 2:1-2), wanita yang sudah tua (Tit 2:3-4), wanita yang masih muda (Tit 2:4-5), para pemuda (Tit 2:6-8), dan para budak (Tit 2:9-10).
- Akhirnya,
Paulus menekankan bahwa kebajikan dan kehidupan yang benar adalah buah
yang perlu dari iman yang sejati (Tit 1:16; Tit 2:7,14; Tit 3:1,8,14; bd. Yak 2:14-26).
Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini.
- Surat
ini berisi dua ringkasan klasik mengenai sifat sesungguhnya dari
keselamatan dalam Kristus Yesus (Tit 2:11-14; Tit 3:4-7).
- Surat
ini menekankan bahwa gereja dan pelayanannya harus dibangun di atas
landasan rohani, teologis dan etis yang sangat kuat.
- Surat
ini berisi salah satu dari dua daftar panjang yang menyebutkan syarat yang
harus dipenuhi pemimpin dalam pelayanan gerejani (Tit 1:5-9; bd. 1Tim 3:1-13).
Kitab Filemon
Penulis : Paulus
Tema : Perdamaian
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M
Latar Belakang
Paulus menulis "surat penjara" ini (ayat File 1:1,9)
sebagai surat pribadi kepada seorang bernama Filemon, kemungkinan besar
sementara masa penahanan yang pertama di Roma (Kis 28:16-31).
Nama-nama sama yang disebut dalam Filemon (ayat File 1:1-2,10,23-24)
dan Kolose (Kol 4:9-10,12,14,17)
menunjukkan bahwa Filemon tinggal di Kolose, dan kedua surat ini ditulis dan
diantarkan pada waktu yang sama.
Filemon menjadi pemilik hamba (ayat File 1:16)
dan anggota gereja di Kolose (bd. ayat File 1:1-2
dengan Kol 4:17),
mungkin ia bertobat dibawah pelayanan Paulus (ayat File 1:19).
Onesimus menjadi hamba Filemon yang telah lari ke Roma; di situ dia kenal
Paulus, yang membawa dia kepada Kristus. Suatu ikatan persahabatan yang kuat
berkembang di antara mereka (ayat File 1:9-13).
Sekarang dengan segan Paulus mengirim Onesimus kembali kepada Filemon, ditemani
oleh Tikhikus, teman sekerja Paulus, bersama dengan surat ini (bd. Kol 4:7-9).
Tujuan
Paulus menyurati Filemon untuk mengurus persoalan khusus tentang hambanya
Onesimus yang telah melarikan diri. Menurut hukum Romawi, hamba yang melarikan
diri dapat dihukum mati. Paulus menjadi perantara untuk Onesimus dengan Filemon
dan memohon supaya Onesimus diterima kembali secara ramah sebagai orang percaya
dan sahabat Paulus, dengan kasih yang sama sebagaimana dia akan menerima Paulus
sendiri.
Survai
Permohonan Paulus adalah sebagai berikut:
- Dia
memohon dengan sangat supaya Filemon, sebagai saudara dalam Kristus (ayat File 1:8-9,20-21) menerima Onesimus kembali,
bukan sebagai hamba tetapi sebagai saudara dalam Kristus (ayat File 1:15-16).
- Paulus
menyatakan bahwa Onesimus (yang artinya "berguna") yang dahulu
"tidak berguna", tetapi sekarang "berguna" bagi Paulus
dan Filemon (ayat File 1:10-12).
- Paulus
ingin Onesimus dapat tinggal di Roma, tetapi sebaliknya mengirimnya
kembali kepada tuan yang memilikinya (ayat File 1:13-14).
- Paulus
menawarkan diri sebagai pengganti untuk hutang Onesimus dan mengingatkan
Filemon tentang hutang budinya kepada Paulus (ayat File 1:17-19). Surat ditutup dengan salam dari beberapa teman
sekerja di Roma (ayat File 1:23-24) dan pengucapan syukur (ayat File 1:25).
Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini.
- Surat
ini adalah yang terpendek di antara surat-surat Paulus.
- Lebih
dari lain bagian PB, surat ini menjelaskan bagaimana Paulus dan gereja
mula-mula menghadapi persoalan perbudakan Roma. Daripada menyerang
langsung atau menimbulkan pemberontakan bersenjata, Paulus mengemukakan
prinsip Kristen yang menyingkirkan kekerasan dari perbudakan Roma dan
akhirnya menghapuskannya sama sekali antara orang Kristen.
- Surat
ini memberikan pengertian unik ke dalam kehidupan Paulus, karena dia
begitu erat manunggal dengan seorang hamba sehingga Onesimus disebut
"buah hatiku" (ayat File 1:12).
Kitab Ibrani
Penulis : Tidak Disebutkan
Tema : Perjanjian yang Lebih Baik
Tanggal Penulisan: 67-69 M (tidak dapat dipastikan)
Latar Belakang
Tidak diketahui kepada siapa surat ini dialamatkan, sekalipun Roma merupakan
kemungkinan. Judul kitab ini di dalam naskah-naskah Yunani yang tertua
hanyalah, "Kepada Orang Ibrani." Sekalipun demikian isi surat ini
menunjukkan bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi.
Penggunaan Septuaginta (Alkitab PL dalam bahasa Yunani) oleh penulis ketika
mengutip PL menunjukkan bahwa para penerima surat ini mungkin adalah
orang-orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal di luar Palestina. Kalimat
"terimalah salam dari saudara-saudara di Italia" (versi Inggris NIV
-- "mereka dari Italia mengirim salam" Ibr 13:24)
mungkin sekali berarti bahwa penulis sedang menulis kepada orang-orang yang
tinggal di Roma dan mencantumkan salam dari orang-orang percaya dari Italia
yang dalam perantauan. Para penerima surat ini mungkin terdiri atas
kelompok-kelompok persekutuan rumah yang merupakan bagian dari jemaat gereja
yang lebih luas di Roma. Beberapa di antaranya mulai menunjukkan tanda-tanda
akan meninggalkan iman mereka kepada Yesus dan kembali kepada kepercayaan
Yahudi mereka sebelumnya, karena mereka dianiaya dan putus asa.
Penulis Surat Ibrani ini tidak disebutkan baik dalam
judul kitab yang semula maupun sepanjang surat ini, sekalipun ia merupakan
tokoh yang cukup dikenal pembacanya (Ibr 13:18-24).
Oleh karena satu dan lain alasan, identitas penulis hilang sekitar akhir abad
pertama. Selanjutnya dalam tradisi gerejani mula-mula (abad ke-2 sampai ke-4)
muncul berbagai pendapat mengenai orang yang mungkin merupakan penulis surat
ini. Pendapat bahwa Paulus menulis surat ini baru tersebar luas pada abad ke-5.
Banyak ahli PB yang berpandangan konservatif dewasa
ini beranggapan bahwa Paulus tidak mungkin menulis surat ini karena gaya
penulisan yang halus dan bercorak Aleksandria, ketergantungan pada Septuaginta,
cara memperkenalkan kutipan-kutipan PL, cara berargumentasi dan gaya mengajar,
susunan argumentasi dan hal tidak menyebutkan dirinya itu bukan merupakan gaya
Paulus. Lagi pula, Paulus senantiasa menunjuk kepada penyataan yang langsung
diperolehnya dari Kristus (bd. Gal 1:11-12),
sedangkan penulis surat ini menempatkan dirinya di antara orang-orang Kristen
angkatan kedua yang memperoleh keyakinan Injil karena kesaksian para saksi mata
pelayanan Yesus (Ibr 2:3).
Di antara tokoh-tokoh PB yang namanya disebut, gambaran Lukas mengenai Apolos dalam
Kis 18:24-28
paling cocok dengan keadaan penulis surat ini.
Terlepas dari siapa penulis surat ini, hal ini dapat
dipastikan: penulis menulis dengan kepenuhan Roh dan wawasan, penyataan dan
wibawa yang rasuli. Karena dalam Surat Ibrani penghancuran Bait Suci di
Yerusalem dan ibadah di bawah pimpinan para imam Lewi tidak disebut maka ada
anggapan yang kuat bahwa surat ini ditulis sebelum tahun 70 M.
Tujuan
Surat Ibrani terutama ditulis kepada orang-orang Kristen Yahudi yang sedang
mengalami penganiayaan dan keputusasaan. Penulis berusaha untuk memperkuat iman
mereka kepada Kristus dengan menjelaskan secara teliti keunggulan dan ketegasan
penyataan Allah dan penebusan di dalam Yesus Kristus. Ia menunjukkan bahwa
penyediaan penebusan di bawah perjanjian yang lama sudah digenapi dan tidak
terpakai lagi karena Yesus telah datang dan menetapkan suatu perjanjian yang
baru oleh kematian-Nya yang mengerjakan perdamaian. Penulis menantang para
pembacanya
- untuk
tetap mempertahankan pengakuan mereka terhadap Kristus hingga pada
kesudahannya,
- untuk
maju terus menuju kedewasaan rohani dan
- untuk
tidak kembali kepada kehidupan di bawah hukuman dengan cara meninggalkan kepercayaan
kepada Yesus Kristus.
Survai
Surat Ibrani ini lebih mirip dengan suatu khotbah daripada sebuah surat.
Penulis menggambarkan karyanya ini sebagai "kata-kata nasihat" (Ibr 13:22).
Surat ini terdiri atas tiga bagian utama.
- Pertama,
Yesus sebagai Putra Allah yang penuh kuasa (Ibr 1:1-3) dinyatakan sebagai penyataan
Allah yang sempurna kepada umat manusia -- lebih tinggi daripada para nabi
(Ibr 1:1-3), malaikat (Ibr 1:4--2:18), Musa (Ibr 3:1-6) dan Yosua (Ibr 4:1-11). Di dalam bagian ini terdapat
suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai berbagai akibat apabila
kita secara rohani makin menjauh dari iman atau mengeraskan hati dalam
ketidakpercayaan (Ibr 2:1-3; Ibr 3:7--4:2).
- Bagian
yang kedua menampilkan Yesus sebagai Imam Besar dengan kualifikasi (Ibr 4:14--5:10; Ibr 6:19--7:25), watak (Ibr 7:26-28), dan pelayanan (Ibr 8:1--10:18) yang sempurna dan abadi. Di
bagian ini diberikan suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai
ketidakdewasaan rohani atau bahkan "kemurtadan" setelah
mengambil bagian di dalam Kristus (Ibr 5:11--6:12).
- Bagian
yang terakhir (Ibr 10:19--13:17) dengan tegas mendorong
orang-orang percaya agar tetap tabah dalam keselamatan, iman, penderitaan,
dan kekudusan.
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai surat ini.
- Surat ini
unik di antara surat-surat PB karena bentuknya, "surat ini berawal
seperti sebuah risalah, dilanjutkan bagaikan khotbah, dan diakhiri seperti
surat" (Origenes).
- Di
antara semua kitab PB surat ini menggunakan bahasa yang paling halus,
paling mendekati gaya penulisan Yunani klasik daripada penulis PB lainnya
(mungkin kecuali Lukas dalam Luk 1:1-4).
- Inilah
satu-satunya kitab PB yang mengembangkan konsep pelayanan Yesus sebagai
Imam Besar.
- Ajarannya
tentang Kristus ini sangat kaya variasi, dan memakai lebih daripada dua
puluh nama dan gelar untuk Kristus.
- Kata
kuncinya adalah "lebih baik" (dipakai tiga belas kali). Yesus
lebih baik daripada para malaikat dan semua tokoh perantara PL. Ia
memberikan perhentian, perjanjian, pengharapan, keimaman, korban
pendamaian, dan janji-janji yang lebih baik.
- Surat
ini berisi pasal yang paling menonjol dalam Alkitab mengenai iman (pasal
11; Ibr 11:1-40).
- Kitab
ini sarat dengan kutipan dan petunjuk kepada PL sehingga memberikan
pengertian yang berharga mengenai penafsiran umat Kristen mula-mula
terhadap sejarah dan ibadah PL, khususnya dalam bidang lambang-lambang.
- Surat
ini memberikan lebih banyak peringatan mengenai bahaya-bahaya kemurtadan
rohani daripada kitab lainnya dalam PB.
Kitab Yakobus
Penulis : Yakobus
Tema : Iman yang Berhasil Guna
Tanggal Penulisan: Tahun 45-49 M
Latar Belakang
Surat ini tergolong "surat-surat umum" karena pada mulanya
dialamatkan kepada suatu sidang pembaca yang lebih luas daripada jemaat lokal.
Salam "kepada kedua belas suku di perantauan" (Yak 1:1),
dan juga petunjuk-petunjuk lainnya (Yak 2:19,21)
menunjukkan bahwa surat ini pada mulanya ditulis kepada orang Kristen Yahudi
yang tinggal di luar Palestina. Mungkin para penerima surat ini termasuk
orang-orang pertama yang bertobat di Jerusalem dan, setelah Stefanus mati
syahid terserak oleh penganiayaan (Kis 8:1)
sejauh Fenisia, Siprus, Antiokhia dan lebih jauh lagi (Kis 11:19).
Hal ini menerangkan
- mengapa
pembukaan surat ini menekankan hal menanggung dengan sukacita pencobaan
yang menguji iman dan menuntut ketabahan (Yak 1:2-12),
- pengetahuan
pribadi Yakobus tentang orang percaya yang "terserak" itu, dan
- nada
yang berwibawa dari surat ini. Sebagai pemimpin gereja di Yerusalem,
Yakobus sedang menulis surat kepada domba-dombanya yang berserakan.
Terkenalnya pengarang ditunjukkan oleh cara ia
menyebut dirinya, yaitu hanya "Yakobus" (Yak 1:1).
Yakobus, saudara tiri Yesus dan pemimpin gereja di Yerusalem, pada umumnya
dipandang sebagai penulis surat ini. Pidatonya dalam sidang di Yerusalem (Kis 15:13-21)
dan gambaran mengenai dirinya di bagian lain dalam PB (mis. Kis 12:17; Kis
21:18; Gal 1:19; Gal 2:9,12; 1Kor 15:7) sangat cocok dengan apa yang diketahui
mengenai penulis surat ini. Sangat mungkin Yakobus menulis surat ini pada
dasawarsa 40-an. Tanggal yang agak dini untuk penulisan surat ini ditunjukkan
oleh berbagai faktor, seperti kenyataan bahwa Yakobus menyebutkan istilah
Yunani synagoge untuk menunjuk tempat pertemuan orang Kristen (Yak 2:2).
Menurut keterangan sejarawan Yahudi, Yosefus, Yakobus, saudara tiri Tuhan mati
syahid di Yerusalem tahun 62 M.
Tujuan
Yakobus menulis
- untuk
membangun semangat orang percaya Yahudi yang sedang menderita berbagai
pencobaan yang menguji iman mereka,
- untuk
memperbaiki berbagai pengertian yang salah mengenai sifat iman yang
menyelamatkan, dan
- untuk
menasihatkan dan membina pembacanya mengenai hasil-hasil praktis iman
mereka dalam hidup yang benar dan perbuatan yang baik.
Survai
Surat ini membahas serangkaian pokok yang cukup beragam berkaitan dengan
menjalankan kehidupan Kristen yang sejati. Yakobus mendorong orang percaya untuk
menanggung pencobaan dengan sukacita dan menarik manfaat daripadanya (Yak 1:2-11);
melawan godaan (Yak 1:12-18);
menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar (Yak 1:19-27);
serta menunjukkan iman yang aktif dan bukan pengakuan yang kosong (Yak 2:14-26).
Yakobus dengan sungguh-sungguh mengingatkan tentang berdosanya lidah yang sukar
dikendalikan (Yak 3:1-12; Yak
4:11-12), hikmat duniawi (Yak 3:13-16),
kelakuan berdosa (Yak 4:1-10),
kehidupan yang congkak (Yak 4:13-17)
dan kekayaan yang mementingkan diri sendiri (Yak 5:1-6).
Yakobus menutup dengan menekankan kesabaran, doa, dan memulihkan mereka yang
sudah mundur (Yak 5:7-20).
Sepanjang kelima pasal ini, hubungan di antara iman
yang benar dan kehidupan yang saleh ditekankan. Iman yang sejati adalah:
- iman
yang teruji (Yak 1:2-16),
- aktif (Yak 1:19-27),
- mengasihi
sesama seperti dirinya sendiri (Yak 2:1-13),
- menyatakan
diri dalam perbuatan baik (Yak 2:14-26),
- menguasai
lidah dengan benar (Yak 3:1-12),
- mencari
hikmat Allah (Yak 3:13-18),
- tunduk
kepada Allah selaku hakim yang adil (Yak 4:1-12),
- mempercayai
Allah dalam kehidupan sehari-hari (Yak 4:13-17),
- tidak
mementingkan diri atau memuaskan keinginan sendiri (Yak 5:1-6),
- sabar
dalam penderitaan (Yak 5:7-12), dan
- tekun
dalam doa (Yak 5:13-20).
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.
- Surat
ini kemungkinan besar merupakan kitab PB yang pertama-tama ditulis.
- Walaupun
hanya dua kali menyebut nama Kristus, surat ini lebih banyak berisi
kenangan akan ajaran Yesus, termasuk setidak-tidaknya 15 petunjuk kepada
Khotbah di Bukit, lebih dari semua surat PB tergabung.
- Dari
108 ayatnya, lebih daripada separuhnya adalah perintah.
- Dalam
banyak hal, surat ini merupakan Amsal PB karena
- penuh
dengan hikmat ilahi dan instruksi praktis untuk menjalankan kehidupan
Kristen yang sejati dan
- ditulis
dengan gaya penulisan yang tegas dan tepat, dengan perintah yang singkat
dan analogi yang hidup.
- Yakobus
adalah pengamat cermat tentang cara bekerjanya alam dan tabiat manusia
berdosa. Dia sering kali menarik pelajaran dari alam untuk menyingkapkan
tabiat manusia berdosa (mis. Yak 3:1-12).
- Surat
ini lebih menekankan hubungan di antara iman dengan perbuatan daripada
kitab PB lainnya (khususnya: Yak 2:14-16).
- Yakobus
sering kali disebut sebagai Amos PB, karena dia dengan bersemangat membahas
persoalan ketidakadilan dan ketidaksetaraan sosial.
Kitab I Petrus
Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul
Petrus (1Pet
1:1; 2Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis
dengan bantuan Silas (Yun. Silvanus) sebagai juru tulisnya (1Pet 5:12).
Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat
ini, sedangkan bahasa Petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus.
Nada dan isi surat ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus.
Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi
ingatannya kembali akan kematian (1Pet
1:11,19; 1Pet 2:21-24; 1Pet 3:18; 1Pet 5:1) dan kebangkitan
Yesus (1Pet
1:3,21; 1Pet 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga
menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan
(1Pet
2:25; 1Pet 5:2a; bd. Yoh 21:15-23).
Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan
khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam Kisah Para Rasul.
Petrus mengalamatkan surat ini kepada
"orang-orang pendatang yang tersebar" di seluruh propinsi Asia Kecil
kekaisaran Romawi (1Pet 1:1).
Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi
khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan
iman yang baru (bd. Kis 2:9-11).
Orang percaya ini disebut "pendatang dan perantau" (1Pet 2:11)
untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah
di dalam dunia yang membenci Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami
penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap
laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan perlawanan (1Pet 4:12-16)
yang belum didukung resmi oleh pemerintah (1Pet 2:12-17).
Petrus menulis dari "Babilon" (1Pet 5:13).
Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia
atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad
pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan
golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon, kita dapat lebih mudah
menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Pet 5:12),
dan Markus (1Pet 5:13)
sedang bersama-sama di Roma (Kol 4:10;
bd. pernyataan Papias mengenai Petrus dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa
60-an dan bukan di Babilonia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada
tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero
dimulai (th. 64 M).
Tujuan
Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk
memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan
di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai
mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat
kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan
pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam
menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.
Survai
1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya
- bahwa
mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di dalam
Yesus Kristus (1Pet 1:2-5);
- bahwa
iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan
sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat
kedatangan Tuhan (1Pet 1:6-9);
- bahwa
keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Pet 1:10-12); dan
- bahwa
orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak
selamat di sekitar mereka (1Pet 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih
dan dikuduskan (1Pet 1:2) merupakan bayi-bayi yang
bertumbuh yang memerlukan susu murni Firman Allah (1Pet 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi
suatu rumah rohani (1Pet 2:4-10), dan orang asing yang
mengembara melewati negara asing (1Pet 2:11-12); mereka harus hidup dengan
hormat dan rendah hati dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama
perjalanan ini (1Pet 2:13--3:12).
Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh
dan menderita karena kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri
(1Pet 2:18-24; 1Pet 3:9--5:11). Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila
mereka menderita karena kebenaran, maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan
mendapat pahala. Di dalam konteks pengajaran mengenai menderita karena Kristus
ini, Petrus menekankan tema-tema yang saling berhubungan dari keselamatan,
pengharapan, kasih, sukacita, iman, kekudusan, kerendahan hati, takut akan
Allah, ketaatan, dan ketundukan.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- Bersama
dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang
percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena
persatuan mereka dengan Yesus Kristus.
- Surat
ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus menanggapi
penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab lainnya
dalam PB (1Pet 3:9--5:11).
- Petrus
menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan perantau di
dunia ini (1Pet 1:1; 1Pet
2:11).
- Banyak
nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya PB (mis. 1Pet 2:5,9-10).
- Surat
ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, di mana, dan
bagaimana Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam
penjara, ... pada waktu Nuh" (1Pet 3:19-20).
Kitab II Petrus
Penulis : Petrus
Tema : Kebenaran Sejati Lawan Guru-Guru Palsu
Tanggal Penulisan: 66-68 M
Latar Belakang
Ketika memberikan salam, Simon Petrus memperkenalkan dirinya sebagai penulis
surat ini; kemudian (2Pet 3:1)
dia mengatakan bahwa surat ini merupakan suratnya yang kedua yang menunjukkan
bahwa dia sedang menulis kepada orang percaya yang sama di Asia Kecil yang
telah menerima suratnya yang pertama (1Pet 1:1).
Karena Petrus, seperti halnya Paulus, dihukum mati oleh keputusan yang dibuat
oleh kaisar Nero yang jahat (yang kemudian wafat pada bulan Juni, 68 M), adalah
sangat mungkin bahwa Petrus menulis surat ini di antara tahun 66-68 M, tidak
lama sebelum ia mati syahid di Roma (2Pet 1:13-15).
Beberapa sarjana zaman dahulu dan sekarang, yang
mengabaikan beberapa persamaan mencolok dari 1 Petrus dan 2 Petrus dan
sebaliknya menekankan perbedaan di antara kedua surat itu, telah beranggapan
bahwa Petrus bukanlah penulis surat ini. Akan tetapi, perbedaan isi surat,
kosakata, penekanan, dan gaya penulisan dari kedua surat ini dapat diterangkan
dengan memadai oleh berbedanya situasi Petrus dan penerima suratnya ketika
menerima kedua surat itu.
- Situasi
semula para penerima surat telah berubah dari penganiayaan serius yang
dilakukan oleh masyarakat sekitarnya menjadi serangan serius dari dalam
oleh para guru palsu yang mengancam landasan kebenaran gereja.
- Situasi
yang dihadapi Petrus juga sudah berbeda. Jikalau sebelumnya dia mempunyai
seorang penulis yang ahli seperti Silas ketika menulis suratnya yang
pertama (1Pet 5:12), kelihatannya Silas tidak ada
ketika Petrus menulis surat yang kedua itu. Petrus mungkin memakai bahasa
Yunani ala Galilea yang kasar atau mengandalkan juru tulis yang tidak
sepandai Silas.
Tujuan
Petrus menulis surat ini
- untuk
menasihati orang percaya agar mereka dengan tekun mengejar kesalehan dan
pengenalan yang benar akan Kristus, dan
- untuk
membeberkan dan menolak tindakan yang berakal busuk dari para nabi dan
guru palsu di kalangan gereja di Asia Kecil yang sedang meruntuhkan
kebenaran rasuli.
Petrus meringkaskan maksudnya dalam 2Pet 3:17-18
ketika dia menasihati orang percaya yang sejati
- untuk
waspada supaya mereka tidak "terseret ke dalam kesesatan orang-orang
yang tak mengenal hukum" (2Pet 3:17), dan
- untuk
"bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan
Juruselamat kita, Yesus Kristus" (2Pet 3:18).
Survai
Surat yang singkat ini sungguh-sungguh mendorong orang percaya agar
mempertahankan kehidupan dan kesalehan melalui pengenalan yang benar akan
Kristus. Pasal pertama menekankan pentingnya pertumbuhan Kristen. Setelah mulai
dengan iman, orang percaya harus dengan tekun mengejar keunggulan moral,
pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih akan saudara-saudara,
dan kasih akan semua orang, yang akan menghasilkan iman dewasa dan pengenalan
yang benar akan Tuhan Yesus (2Pet 1:3-11).
Pasal berikut dengan sungguh-sungguh mengingatkan
mereka tentang para nabi dan guru palsu yang muncul di kalangan gereja. Petrus
mengecam guru-guru palsu itu sebagai orang yang tidak mengenal hukum (2Pet 2:1,3; 2Pet 3:17)
yang menuruti keinginan jahat dari hawa nafsu (2Pet
2:2,7,10,13-14,18-19), yang serakah (2Pet 2:3,14-15),
congkak (2Pet 2:18)
dan keras kepala (2Pet 2:10),
dan menghina pemerintahan Allah (2Pet 2:10-12).
Petrus berusaha untuk melindungi orang percaya sejati terhadap pengajaran sesat
yang membinasakan itu (2Pet 2:1)
dengan menyingkapkan maksud dan kelakuan mereka yang jahat.
Dalam pasal 3 (2Pet 3:1-18),
Petrus membuktikan salahnya keragu-raguan guru-guru ini terhadap kedatangan
Tuhan (2Pet 3:3-4).
Sebagaimana angkatan Nuh dengan keliru mencemoohkan pikiran tentang hukuman
banjir besar dari Allah, para pencemooh ini juga buta rohani tentang
janji-janji kedatangan Kristus. Tetapi dengan tindakan menentukan yang sama
dengan hukuman air bah tersebut (2Pet 3:5-6),
Kristus akan kembali dan menghanguskan bumi ini dengan api (2Pet 3:7-12)
lalu menciptakan tatanan baru yang benar (2Pet 3:13).
Mengingat semuanya ini, orang percaya harus hidup kudus dan saleh pada zaman
ini (2Pet 3:11,14).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.
- Surat
ini berisi pernyataan yang paling kuat dalam Alkitab mengenai pengilhaman,
keterandalan, dan kekuasaan Kitab Suci (2Pet 1:19-21).
- Pasal
dua dan surat Yudas sangat mirip dalam pengecaman guru palsu. Mungkin
Yudas, yang kemudian menghadapi persoalan yang sama dengan guru-guru palsu,
menggunakan bagian-bagian dari ajaran Petrus yang diilhami untuk
mengatakan hal yang sama.
- Pasal
tiga merupakan salah satu pasal PB yang agung tentang kedatangan Kristus
yang kedua.
- Petrus
secara tidak langsung menunjuk kepada tulisan Paulus sebagai Firman Allah
dengan menyebutkannya dalam hubungan dengan "tulisan-tulisan yang
lain" (2Pet 3:15-16).
Kitab I Yohanes
Penulis : Yohanes
Tema : Kebenaran
Tanggal Penulisan: 85-95 M
Latar Belakang
Lima kitab dalam PB ditulis oleh Yohanes: sebuah Injil, tiga buah surat dan
kitab Wahyu. Walaupun Yohanes tidak memperkenalkan dirinya dengan menyebut
namanya di surat ini, saksi-saksi dari abad kedua (mis. Papias, Ireneus,
Tertullianus, Klemens dari Aleksandria) menegaskan bahwa surat ini ditulis oleh
rasul Yohanes, salah seorang dari dua belas murid Yesus. Kesamaan kuat dalam
gaya penulisan, kosakata, dan tema di antara surat ini dengan Injil Yohanes
memperkuat kesaksian kekristenan mula-mula yang dapat diandalkan bahwa kedua
kitab ini ditulis oleh rasul Yohanes.
Penerima surat ini tidak disebutkan. Tidak ada salam
atau nama orang, tempat, atau peristiwa di dalam surat ini. Penjelasan yang
paling tepat untuk menerangkan kenyataan yang agak aneh ini ialah bahwa dari
tempat tinggalnya di Efesus, Yohanes menulis surat yang sama kepada berbagai
gereja di propinsi Asia yang berada di bawah tanggung jawab rasulinya (bd. Wahy 1:11).
Karena jemaat-jemaat itu mempunyai persoalan dan kebutuhan yang sama, Yohanes
menulis surat ini sebagai sebuah surat edaran dan mengutus utusan pribadinya
yang membawa salamnya secara lisan.
Persoalan yang paling menonjol yang melatarbelakangi
penulisan surat ini ialah ajaran palsu mengenai keselamatan dalam Kristus dan
cara bekerjanya di dalam diri orang percaya. Beberapa orang, yang dahulu
merupakan bagian dari sidang pembaca, kini sudah meninggalkan persekutuan
jemaat (1Yoh 2:19),
tetapi hasil dari ajaran palsu mereka masih memutarbalikkan Injil mengenai
bagaimana mereka bisa "mengetahui" bahwa mereka mempunyai hidup
kekal. Dari segi doktrin, ajaran sesat mereka menyangkal bahwa Yesus itulah
Kristus (1Yoh 2:22;
bd. 1Yoh 5:1)
atau bahwa Kristus menjelma menjadi manusia (1Yoh 4:2-3);
dari segi etika, mereka mengajarkan bahwa menaati perintah Kristus (1Yoh 2:3-4; 1Yoh 5:3)
dan hidup kudus dan terpisah dari dosa (1Yoh 3:7-12)
dan dari dunia (1Yoh
2:15-17) tidak diperlukan untuk iman yang menyelamatkan (bd. 1Yoh 1:6; 1Yoh 5:4-5).
Tujuan
Maksud Yohanes dalam menulis surat ini adalah dua:
- untuk
membeberkan dan menyangkal doktrin dan etika yang salah dari para guru
palsu, dan
- untuk
menasihati anak-anak rohaninya agar mengejar suatu kehidupan persekutuan
yang kudus dengan Allah dalam kebenaran, dalam sukacita penuh (1Yoh 1:4) dan kepastian (1Yoh 5:13) hidup kekal, melalui iman
yang taat kepada Yesus sebagai Putra Allah (1Yoh 4:15; 1Yoh 5:3-5,12), dan dengan kehadiran Roh Kudus (1Yoh 2:20; 1Yoh 4:4,13). Beberapa orang percaya bahwa surat ini juga
ditulis untuk menemani Injil Yohanes.
Survai
Kepercayaan dan kelakuan dijalin secara erat sekali dalam surat ini. Para guru
palsu, yang oleh Yohanes dinamakan "antikristus" (1Yoh 2:18-22)
sedang meninggalkan ajaran rasuli mengenai Kristus dan kehidupan yang benar.
Seperti surat 2 Petrus dan Yudas, surat ini dengan penuh semangat menolak dan
menghukum guru palsu (mis. 1Yoh
2:18-19,22-23,26; 1Yoh 4:1,3,5) dengan ajaran dan
kelakuan mereka yang merusak.
Dari segi yang positif, surat ini mengemukakan
ciri-ciri persekutuan yang sejati dengan Allah (mis. (1Yoh 1:3--2:2)
dan menyatakan lima ujian khusus bagi orang percaya untuk mengetahui dengan
yakin bahwa mereka mempunyai hidup yang kekal:
- ujian
kebenaran rasuli mengenai Kristus (1Yoh 1:1-3; 1Yoh 2:21-23; 1Yoh 4:2-3,15; 1Yoh 5:1,5,10,20);
- ujian
iman yang taat kepada perintah Kristus (1Yoh 2:3-11; 1Yoh 5:3-4);
- ujian
hidup yang kudus, yaitu berbalik dari dosa kepada persekutuan dengan Allah
(1Yoh 1:6-9; 1Yoh 2:3-6,15-17,29; 1Yoh 3:1-10; 1Yoh 5:2-3);
- ujian
kasih akan Allah dan sesama orang percaya (1Yoh 2:9-11; 1Yoh 3:10-11,14,16-18; 1Yoh 4:7-12,18-21); dan
- ujian
kesaksian Roh (1Yoh 2:20,27; 1Yoh 4:13; 1Yoh 5:7-12). Yohanes menyimpulkan bahwa
orang dapat mengetahui dengan pasti bahwa mereka memiliki hidup kekal (1Yoh 5:13) jikalau buah dari kelima bidang hidup ini nyata
dalam hidup mereka.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- Surat
ini mendefinisikan kehidupan Kristen dengan memakai istilah yang
bertentangan dan dengan seakan-akan tidak memberikan peluang kompromi di
antara terang dan gelap, kebenaran dan kebohongan, kebenaran dan dosa,
kasih dan kebencian, mengasihi Allah dan mengasihi dunia, anak-anak Allah
dan anak-anak setan.
- Yang
penting, surat ini merupakan satu-satunya kitab PB yang berbicara mengenai
Yesus sebagai pengantara (Yun. _parakletos_) kita dengan Bapa pada saat
kita sebagai orang yang sungguh percaya berbuat dosa (1Yoh 2:1-2; bd. Yoh 14:16-17,26; Yoh 15:26; Yoh 16:7-8).
- Berita
yang disampaikan surat ini didasarkan hampir seluruhnya pada kesaksian
rasuli dan bukan pada penyataan PL dahulu; petunjuk kepada PL jelas tidak
ada.
- Karena
surat ini menyampaikan Kristologi berhubungan dengan penyangkalan suatu
bentuk ajaran sesat tertentu, maka itu berfokus pada penjelamaan dan darah
(yaitu, salib) Yesus tanpa menyebutkan kebangkitan-Nya secara khusus.
- Gaya
penulisannya sederhana dan berulang sewaktu Yohanes membahas berbagai
istilah seperti "terang", "kebenaran",
"percaya", "tetap tinggal", "mengenal",
"mengasihi", "kebenaran", "kesaksian",
"lahir dari Allah", dan "hidup kekal".
Kitab II Yohanes
Penulis : Yohanes
Tema : Berjalan Dalam Kebenaran
Tanggal Penulisan: 85-95 M
Latar Belakang
Penulis memperkenalkan dirinya sebagai "penatua" (ayat 2Yoh 1:1).
Barangkali ini adalah gelar terhormat yang diberikan kepada rasul Yohanes
sepanjang dua dasawarsa terakhir abad pertama karena usianya yang sudah lanjut
dan kedudukannya yang sangat terhormat selaku satu-satunya rasul yang masih
hidup.
Yohanes menulis surat ini kepada "Ibu yang
terpilih dan anak-anaknya" (ayat 2Yoh 1:1).
Beberapa orang menafsirkan "Ibu yang terpilih" ini secara kiasan
sebagai suatu gereja lokal, "anak-anaknya" sebagai anggota jemaat,
dan "anak-anak saudaramu yang terpilih" (ayat 2Yoh 1:13)
sebagai jemaat tetangga. Orang lain lagi menafsirkan istilah ini secara harfiah
sebagai seorang janda terhormat yang dikenal Yohanes dalam sebuah jemaat lokal
di Asia Kecil yang di bawah pengawasan rohani Yohanes. Keluarganya (ayat 2Yoh 1:1)
dan keluarga saudaranya (ayat 2Yoh 1:13)
adalah orang terkenal dalam gereja-gereja di wilayah itu. Sebagaimana surat
Yohanes lainnya, 2 Yohanes tampaknya ditulis dari Efesus pada akhir tahun 80-an
atau awal 90-an.
Tujuan
Yohanes menulis surat ini untuk mengingatkan "Ibu yang terpilih" itu
tentang hal memberi tumpangan, salam atau sokongan kepada pekerja keliling
(guru, penginjil, dan nabi) yang sudah menyimpang dari kebenaran rasuli dan
menyebarkan ajaran palsu, agar dia tidak ikut berperan dalam menyebarkan ajaran
yang salah sehingga ikut bersalah. Surat ini mengecam ajaran palsu yang sama
dengan yang dikecam dalam surat 1 Yohanes. Survai
Surat ini menggarisbawahi suatu peringatan yang juga terdapat dalam 1 Yohanes
mengenai bahaya guru palsu yang menyangkal penjelmaan Yesus Kristus dan
menyimpang dari berita rasuli (ayat 2Yoh 1:7-8).
Yohanes memuji "Ibu yang terpilih" dan anak-anaknya yang "hidup
dalam kebenaran" (ayat 2Yoh 1:4).
Kasih yang sejati terwujud dalam menaati perintah Kristus dan mengasihi sesama
(ayat 2Yoh 1:6).
Kasih Kristen harus membedakan di antara kebenaran dan kesalahan dan tidak
membuka pintu bagi guru palsu (ayat 2Yoh 1:7-9).
Menerima guru palsu dengan ramah berarti berpartisipasi dalam kesalahan mereka
(ayat 2Yoh 1:10-11).
Surat ini singkat karena Yohanes merencanakan untuk berkunjung kepada ibu ini
untuk berbicara "berhadapan muka" (ayat 2Yoh 1:12).
Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini:
- Surat
ini merupakan kitab terpendek dalam PB.
- Surat
ini sangat mirip dengan 1 dan 3 Yohanes dalam berita, kosakata dan gaya
penulisannya yang sederhana.
- Surat
ini memberikan keseimbangan yang penting bagi berita surat 3 Yohanes
dengan memperingatkan terhadap dukungan yang sembarangan kepada pekerja
yang bukan dari jemaat sendiri. Surat ini mendorong supaya memakai
kebijaksanaan saksama dengan mengingat ajaran Kristus dan para rasul
sebelum membantu pekerja tersebut.
Kitab III Yohanes
Penulis : Yohanes
Tema : Bertindak Dengan Setia
Tanggal Penulisan: 85-95 M
Latar Belakang
Yohanes, rasul yang dikasihi, sekali lagi menyebut dirinya "penatua"
(ayat 3Yoh 1:1).
Surat pribadi ini dialamatkan kepada seorang percaya yang setia bernama Gayus
(ayat 3Yoh 1:1),
barangkali anggota jemaat di salah satu gereja di daerah Asia Kecil. Seperti
halnya surat Yohanes yang lain, surat ini kemungkinan besar ditulis dari Efesus
pada bagian akhir tahun 80-an atau awal 90-an.
Mendekati akhir abad pertama Masehi, para pekerja
keliling dari kota ke kota pada umumnya memperoleh sokongan dari orang percaya
setempat dengan ditampung dan kemudian dibekali untuk meneruskan perjalanan
mereka (ayat 3Yoh 1:5-8;
bd. 2Yoh 1:10).
Gayus merupakan salah seorang Kristen setia yang dengan murah hati menyokong
dan menampung para pekerja keliling ini (ayat 3Yoh 1:1-8).
Akan tetapi, ada seorang pemimpin bernama Diotrefes yang dengan sifat sombong
menentang wibawa Yohanes dan menolak untuk menerima saudara-saudara seiman yang
diutus Yohanes.
Tujuan
Yohanes menulis surat ini untuk memuji Gayus atas kesetiaannya menyediakan
tumpangan dan bantuan bagi para pekerja keliling yang dapat diandalkan, serta
mengingatkan si pemberontak Diotrefes secara tidak langsung dan mempersiapkan
jalan untuk kunjungannya sendiri.
Survai
Ada tiga orang yang disebut namanya di dalam surat ini.
- Gayus
yang dipuji dengan hangat atas perilaku hidupnya yang saleh di dalam
kebenaran (ayat 3Yoh 1:3-4) serta teladannya menyediakan
tumpangan bagi saudara seiman yang berkeliling (ayat 3Yoh 1:5-8).
- Diotrefes,
seorang pemimpin yang bersifat diktator, dikecam karena kesombongannya
("ingin menjadi orang terkemuka", ayat 3Yoh 1:9) beserta manifestasinya: menolak surat Yohanes
yang dikirim sebelumnya (ayat 3Yoh 1:9), memfitnah Yohanes, menolak
untuk menerima utusan-utusan Yohanes dan mengancam akan mengucilkan orang
yang menerima mereka (ayat 3Yoh 1:10).
- Demetrius,
yang mungkin pembawa surat ini atau seorang gembala sidang dalam suatu
masyarakat sekitar situ, dipuji sebagai seorang yang mempunyai reputasi
baik dan setia kepada kebenaran (ayat 3Yoh 1:12).
Ciri-ciri Khas
Dua ciri utama menandai surat ini.
- Sekalipun
singkat, surat ini memberikan pengertian mengenai beberapa segi sejarah
gereja mula-mula menjelang akhir abad pertama.
- Terdapat
beberapa persamaan mencolok di antara 2 Yohanes dengan surat ini. Meskipun
demikian, kedua surat tersebut berbeda dalam satu aspek penting: 3 Yohanes
menganjurkan penyediaan tumpangan dan bantuan bagi pekerja keliling yang
dapat dipercaya, sedangkan 2 Yohanes mendorong agar tumpangan dan dukungan
tidak disediakan bagi pekerja yang tidak dapat dipercaya sehingga orang
percaya tidak dituduh mendukung perbuatan jahat.
Kitab Yudas
Penulis : Yudas
Tema : Berjuang untuk Mempertahankan Iman
Tanggal Penulisan: 70-80 M
Latar Belakang
Yudas memperkenalkan dirinya sekadar sebagai "saudara Yakobus" (ayat Yud 1:1).
Satu-satunya pasangan saudara dalam PB yang bernama Yudas dan Yakobus adalah
saudara tiri Yesus (Mat 13:55; Mr 6:3).
Mungkin Yudas menyebutkan nama Yakobus karena kedudukannya sebagai pemimpin
jemaat di Yerusalem akan membantu menjelaskan identitas dan kekuasaannya
sendiri.
Surat yang singkat namun tegas ini ditulis untuk
menentang para guru palsu yang terang-terangan berhaluan antinomisme (yaitu
mereka mengajarkan bahwa keselamatan melalui kasih karunia mengizinkan mereka
untuk berdosa tanpa dijatuhi hukuman) dan yang menghina pernyataan rasuli
tentang pribadi dan tabiat Yesus Kristus (ayat Yud 1:4).
Dengan demikian mereka memecah-belah gereja mengenai apa yang harus dipercaya
(ayat Yud 1:19,22)
dan bagaimana harus berperilaku (ayat Yud 1:4,8,16).
Yudas melukiskan guru palsu yang tak berprinsip ini sebagai "orang-orang
fasik" (ayat Yud 1:15)
dan juga sebagai orang "tanpa Roh Kudus" (ayat Yud 1:19).
Kemungkinan hubungan di antara Surat Yudas dengan 2Pet 2:1--3:4
mempunyai sangkut-pautnya dengan saatnya surat ini ditulis. Sangat mungkin
Yudas mengetahui tentang 2 Petrus (ayat Yud 1:17-18)
dan oleh karena itu ia menulis setelah 2 Petrus ditulis, yaitu sekitar tahun
70-80 M. Penerima surat ini tidak disebutkan secara khusus, tetapi mungkin sama
dengan penerima surat 2 Petrus.
Tujuan
Yudas menulis surat ini
- untuk
sangat mengingatkan orang percaya mengenai ancaman serius dari para guru
palsu dan pengaruh mereka yang merusak di dalam gereja, dan
- untuk
menantang orang percaya yang sejati dengan keras supaya mereka bangkit dan
"berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada
orang-orang kudus" (ayat Yud 1:3).
Survai
Setelah memberikan salam (ayat Yud 1:1-2),
Yudas menyatakan bahwa tujuannya mula-mula ialah menulis tentang sifat
keselamatan (ayat Yud 1:3a).
Akan tetapi, sebaliknya dia terdorong untuk menulis surat ini karena guru-guru
palsu yang memutarbalikkan kasih karunia Allah dan dengan demikian melemahkan
kebenaran dalam gereja (ayat Yud 1:4).
Yudas menuduh mereka sebagai tidak suci secara seksual (ayat Yud 1:4,8,16,18),
berkompromi seperti Kain (ayat Yud 1:11),
serakah seperti Bileam (ayat Yud 1:11),
suka memberontak seperti Korah (ayat Yud 1:11),
congkak (ayat Yud 1:8,16),
penipu (ayat Yud 1:4,12),
sensual (ayat Yud 1:19)
dan memecah-belah (ayat Yud 1:19).
Yudas menyatakan kepastian hukuman Allah atas semua orang yang berbuat dosa
seperti itu dan menggambarkannya dengan enam contoh dari PL (ayat Yud 1:5-11).
Gambaran dua belas ciri kehidupan mereka menunjukkan bahwa mereka siap untuk
menerima murka Allah (ayat Yud 1:12-16).
Orang percaya didorong untuk waspada dan untuk menaruh belas kasihan bercampur
ketakutan bagi mereka yang goyah (ayat Yud 1:20-23).
Yudas menutup suratnya dengan suatu peningkatan pengilhaman dalam ucapan
berkatnya (ayat Yud 1:24-25).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.
- Surat
ini berisi celaan yang paling blak-blakan dan bersemangat dari PB terhadap
para guru palsu. Itu menggarisbawahi betapa seriusnya ancaman ajaran palsu
terhadap iman yang sejati dan hidup yang kudus bagi segala angkatan.
- Surat
ini menunjukkan kesenangan untuk memberikan ilustrasi dengan memakai
rangkaian tiga -- misalnya: tiga contoh penghukuman dalam PL (ayat Yud 1:5-7), tiga ciri guru palsu (ayat Yud 1:8), dan tiga contoh orang tidak kudus dalam PL
(ayat Yud 1:11).
- Di
bawah pengaruh penuh dari Roh Kudus, Yudas dengan leluasa menunjuk kepada
sumber-sumber tertulis:
- Alkitab
PL (ayat Yud 1:5-7,11),
- tradisi
Yahudi (ayat Yud 1:9,14-15) dan
- 2
Petrus, serta mengutip langsung 2Pet 3:3, yang diakuinya sebagai
berasal dari rasul-rasul (ayat Yud 1:17-18).
- Surat
ini berisi ucapan berkat PB yang paling agung.
Kitab Wahyu
Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar
biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20),
suatu nubuat (Wahy
1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh
surat (Wahy
1:4,11; Wahy 2:1--3:22). (Istilah
"penyingkapan" (Ing. apocalypse) berasal dari kata Yunani apocalupsis,
yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahy 1:1-20).
Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat
dalam kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat
tujuannya.
Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab
ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahy 1:1-20).
- "Inilah
wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).
- Penyataan
ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus
yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy 1:1,10-18).
- Penyataan
itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8).
- Yohanes
menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia
dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus),
oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahy 1:9).
- Penerima
yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy 1:4,11).
Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu
sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan
bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul
Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati
akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M)
Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman
pemerintahan Domitianus ketika dia menuntut agar semua warga negaranya
memanggil dia "Tuhan dan Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada
waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan antara mereka yang dengan
sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus
sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu
masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena
kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan jelas merupakan latar belakang
kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy 2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17;
Wahy 11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6; Wahy 18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).
Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
- Surat-surat
kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah
dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di
Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan
kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan
berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.
- Mengingat
penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya
sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan
iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta
untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan
tinggal setia sampai mati sekalipun.
- Akhirnya,
kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman
dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan
kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab
ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului
kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang
yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan
diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.
Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang
penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh
berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai
Anak Domba yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14)
dan Anak Domba yang penuh murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan
membersihkannya dari kejahatan (pasal 6-19; Wahy 6:1--19:21).
Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis),
binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat
muslihat roh jahat dan kuasa dunia).
Setelah prolog (Wahy 1:1-8),
ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian pertama (Wahy 1:9--3:22),
Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang
agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk
menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Wahy 1:11,19).
Setiap surat (Wahy
2:1--3:22) meliputi suatu gambaran simbolis tentang Tuhan yang
agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat tersebut, kata-kata
pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan terhadap lima
jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji bagi semua yang
menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan bahwa surat-surat
tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan kepada jemaat
di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu.
Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19)
berisi penglihatan-penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di
bumi tentang Anak Domba dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu
dimulai dengan suatu penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang
mahamulia di mana Allah bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak
terhampiri (pasal 4; Wahy 4:1-4).
Pasal 5 (Wahy
5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang
dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di
tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka
meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang
pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17)
melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14),
kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima
meterai yang pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang
menuntun ke arah kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang
akan datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17),
yang menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar
(Wahy 7:1-8)
dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan besar (Wahy 7:9-17).
Pasal 8-9 (Wahy
8:1--9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan
rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua"
terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi Yohanes dan
sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11),
dan dua saksi nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahy 11:1-14).
Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahy 11:15-19)
berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (ayat Wahy 1:15)
dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan (pasal
12-22; Wahy
12:1--22:21).
Bagian utama yang ketiga (Wahy 12:1--22:5)
memberikan suatu gambaran terinci mengenai perjuangan besar pada akhir zaman
antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis. Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18)
menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus menghadapi suatu komplotan yang
dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri atas
- si naga
besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),
- binatang
laut (Wahy 13:1-10), dan
- binatang
bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi
penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam
kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan
mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian,
suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh
cawan hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21), hukuman atas si pelacur
besar (pasal 17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota
Besar itu (pasal 18; Wahy 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi
kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai
perempuan-Nya diumumkan (Wahy 19:1-10).
Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan
terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang
kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan untuk
mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahy 19:11-21).
Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama seribu
tahun (Wahy 20:1-6).
Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Wahy 20:4)
dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Wahy 20:7-9)
dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Wahy 20:10).
Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang besar (Wahy 20:11-15),
nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahy 20:14-15; Wahy
21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai
nasib akhir bagi orang kudus (Wahy 21:1--22:5).
Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk mengindahkan beritanya
dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahy 22:6-21).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- Wahyu
merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
- Sebagai
suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk
lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan
peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia
tertentu.
- Banyak
sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24;
42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan
200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat
tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
- Penglihatan-penglihatan
begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat
di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
- Malaikat-malaikat
dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan
ketetapan-ketetapan sorgawi.
- Kitab
ini bersifat polemik yang
- menyingkapkan
sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai
allah, dan
- menyatakan
Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di
bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16).
- Kitab
ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup
dan tegas.
- Kitab
ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal
dari PL itu sendiri.
Penafsiran Kitab ini merupakan
kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para pembaca yang
mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak mengalami
kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang beranekaragam
mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran penafsiran
yang besar.
- Penafsiran
preterist (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan
nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah
asli dari kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang masih menunggu
penggenapannya pada masa yang akan datang.
- Penafsiran
historicist (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu
sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja
sejak zaman Yohanes sampai pada zaman akhir.
- Penafsiran
idealist (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap
lambang-lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan
prinsip-prinsip rohani tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam
sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa
nyata dalam sejarah.
- Penafsiran
futurist (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal
4-22 (Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang
peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang hanya akan terjadi pada akhir zaman
ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab Wahyu dari sudut
pandang futurist ini. (Sumber: SABDA)